Sampit (Antaranews Kalteng) - Sekretaris Komisi III DPRD Kotawaringin Timur, Kalteng, Hero Harapano Mandouw mengajak masyarakat Sampit untuk lebih gemar mendonorkan darahnya.
"Donor darah untuk kemanusiaan dan kesehatan kita, jadi tidak ada ruginya justru lebih menyehatkan tubuh kita," katanya di Sampit, Jumat.
Hero mengatakan, dengan semakin banyaknya masyarakat mendonorkan darahnya diharapkan dapat mengatasi kekurangan darah di Kotawaringin Timur.
"Informasi yang kita dapat stok darah kita di PMI sering kurang. Hal ini terjadi karena antara pendonor dengan permintaan tidak seimbang, yakni lebih banyak permintaan," terangnya.
Hero berharap kesadaran masyarakat dalam mendonorkan darahnya ke depannya di Kotawaringin Timur bisa meningkat, sehingga kekurangan darah bisa diatasi.
"Setetes darah yang kita donorkan sangat berharga bagi mereka yang membutuhkan. Mari kita mendonorkan darah untuk kesehatan dan kemanusiaan," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Kotawaringin Timur, Yuendri Irawanto mengajak masyarakat mendonorkan darah agar persediaannya tidak sampai kosong karena rawan terjadi jual beli darah.
"Kalau darah kosong, terkadang keluarga pasien mencari sendiri pendonor. Bahkan mungkin tanpa sepengetahuan kami, ada pendonor yang minta bayaran sehingga terjadi jual beli darah. Disinyalir itu ada terjadi," katanya.
Permintaan darah di Kotawaringin Timur cukup tinggi, sementara persediaan darah terbatas. Unit Transfusi Darah saat ini rata-rata hanya bisa menyediakan darah sekitar 400 kantong per bulan.
Unit Transfusi Darah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan pendonor. Pendonor tetap selalu diingatkan melalui pesan singkat jika tiba saatnya mereka harus mendonorkan darahnya.
Kendalanya, sebagian pendonor tidak berada di Sampit, tetapi di perusahaan-perusahaan besar atau kecamatan yang jauh dari pusat kota. Untuk mengatasi ini, akan dilakukan donor darah secara massal dengan rutin.
Masih sering terjadi kekosongan stok darah, membuat potensi jual beli darah masih tinggi. Permasalahan muncul ketika darah yang sudah diambil dan diperiksa ternyata tidak bisa dipakai karena sebab tertentu, sehingga bisa menimbulkan konflik antara PMI dan keluarga pasien.
