Sampit (ANTARA) - Setelah terbukti mampu membunuh sel kanker seperti hasil penelitian yang membawa pelajar di Palangka Raya Kalimantan Tengah menjadi juara dunia, kayu Bajakah kini makin banyak dicari sehingga penjualannya laris manis, termasuk di Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Lumayan banyak yang pesan. Hari pertama saya berjualan, laku sekitar Rp500.000. Saya hanya berjualan di Sampit, belum melayani penjualan ke luar daerah," kata Saiful, salah seorang penjual Bajakah di Sampit, Jumat.
Sudah empat hari Saiful berjualan Bajakah di Pasar Keramat Sampit. Dia menjual dengan harga bervariasi sesuai ukuran, mulai dari Rp10.000 hingga Rp20.000 per batang. Untuk Bajakah kering, dia menjual dengan harga Rp10.000/ons atau Rp100.000/kg.
Saiful mengaku mendapatkan Bajakah dari hutan di kawasan hulu Sungai Mentaya. Untuk mendapatkannya tidak mudah karena harus masuk ke hutan yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari Sungai Mentaya.
Baca juga: Tekanan darah tinggi pasca konsumsi bajakah, kata Sekda Kalteng
Untuk mencapai lokasi, hanya bisa menggunakan perahu kecil bermesin atau sering disebut ces. Namun ketika masuk ke anak sungai dalam hutan, mesin ces tidak bisa digunakan karena hutan rawa gambut dangkal sehingga perahu kecil itu harus dikayuh.
Selain jarak yang jauh dan medan sulit, tantangan mencari Bajakah adalah satwa liar yang bisa mengancam keselamatan. Untuk mendapatkan Bajakah, harus orang yang benar-benar paham agar tidak salah mengambil tumbuhan yang hidupnya menggantung itu karena dikhawatirkan malah mengambil kayu beracun.
Menurut Saiful, Bajakah merupakan obat tradisional yang sejak dulu digunakan turun temurun oleh masyarakat Suku Dayak. Namun diakui, Bajakah makin populer dan diburu setelah penelitian dua pelajar Palangka Raya tentang khasiat Bajakah mampu menyembuhkan penyakit kanker menjadi juara dunia.
"Mungkin juga masih ada manfaat lainnya yang kita belum tahu. Untuk membedakan Bajakah dengan tanaman lain serupa, Bajakah kalau dipotong pasti keluar air. Warnanya seperti teh dengan rasa sepet," kata Saiful.
Baca juga: BPOM Kalteng larang penjualan Bajakah sebagai obat kanker
Baca juga: Ini penjelasan AP II mengenai larangan pengiriman Bajakah di Bandara Tjilik Riwut
Pengolahan Bajakah yaitu dengan cara dipotong, diracik, dibelah, dijemur dan direbus. Lebih bagus direndam satu malam, pagi harinya, baru diminum supaya zat yang terkandung dalam Bajakah keluar semua.
"Prosesnya panjang. Mengerikannya saja biasanya sampai dua hari. Mudah-mudahan saja Bajakah bisa menyembuhkan penyakit dan bermanfaat bagi banyak orang," harap Saiful.
Roby, warga Sampit mengaku membeli Bajakah untuk dikirim ke kampung halamannya di Pulau Jawa. Dia berharap Bajakah mampu menyembuhkan penyakit yang diderita kerabatnya.
"Ini bentuk ikhtiar selain pengobatan secara medis. Bajakah ini menjadi harapan baru banyak orang ketika pemeriksaan medis menunjukkan hasil yang memprihatinkan," demikian Roby.
Berita Terkait
Krisis literasi di Kotim juga terjadi pada kalangan pendidik
Selasa, 5 November 2024 10:33 Wib
Ford disarankan tarik kembali Escape dan juga Bronco Sport
Jumat, 10 Mei 2024 11:03 Wib
Tak hanya fasilitasi UMKM, Pemprov Kalteng juga beri pendampingan pada Ramadhan Festival
Kamis, 14 Maret 2024 15:38 Wib
Gereja di Gaza juga dibom oleh Israel
Jumat, 20 Oktober 2023 12:32 Wib
Legislator sebut obesitas pada anak juga perlu diwaspadai
Jumat, 7 Juli 2023 10:49 Wib
Papua Nugini tak hanya sahabat tapi juga saudara serumpun, kata Jokowi
Rabu, 5 Juli 2023 20:49 Wib
Bupati Kotim apresiasi pengurus gereja gencar bantu pencegahan narkoba
Rabu, 28 Juni 2023 21:46 Wib
Harga emas Antam stagnan di posisi sejutaan juga per gram
Senin, 8 Mei 2023 10:30 Wib