GMKI: Jangan jadikan 'kambing hitam' petani terkait dampak karhutla

id GMKI Palangka Raya, Alfrit Dody,kabut asap,karhutla,Jangan jadikan 'kambing hitam' petani terkait dampak karhutla

GMKI: Jangan jadikan 'kambing hitam' petani terkait dampak karhutla

Warga Palangka Raya menggunakan masker saat di kawasan wisata Bantaran Sungai Kahayan. (Foto/ANTARA/Rendhik Andika)

Palangka Raya (ANTARA) - Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah, Alfrit Dody mengatakan, agar tidak menyudutkan maupun mengkambing hitamkan para petani dalam membuka ladang dengan cara membakar, sehingga mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan.

"Para petani di Kalimantan Tengah (Kalteng) bukan aktor dari bencana kabut asap ini, karena para petani dulunya juga membuka lahan dengan cara membakar tapi tidak berskala besar dan tetap diawasi," kata Alfrit Dody di Palangka Raya, Senin.

Alfrit Dody juga mengaku, bahwa pihaknya mengetahui betul karena saya anak seorang petani, dan terkait pemerintah menyediakan alat-alat berat harapnya tidak menjadi wacana dan harus diawasi agar para petani tidak diduga-duga dan dikambing hitamkan.

Baca juga: Pentingnya upaya pencegahan Karhutla bagi Jokowi

Ia mengungkapkan, bahwa kini kabut asap tidak hanya terjadi di kota Palangka Raya saja, melainkan ada di hampir setiap kabupaten di Provinsi Kalteng. 

Bahkan katanya, di Kotawaringin Timur (Kotim), Sampit tempat kelahirannya juga memprihatinkan karena kabut asap disana sangat tebal bahkan mencapai level berbahaya. 

"Pemerintah harus cepat melakukan penanganan karhutla ini karena sangat berdampak buruk bagi kesehatan dan perekonomian masyarakat," ujarnya.

Baca juga: Perlu aksi nyata membantu menanggulangi karhutla, kata legislator Kalteng

Selain itu, dampak dari kabut asap tersebut sudah menggangu rutinitas masyarakat dan sistem belajar mengajar baik di tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Serta bisa berdampak kepada kesehatan lingkungan serta ekonomi. 

Contohnya saja, seperti di 'Kota Cantik' Palangka Raya kian memprihatinkan. Bahkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sudah mencapai level berbahaya. 

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalteng sebelumnya mencatat  pada bulan Juli 2019  jumlah penderita ISPA ada 8.057 orang.

Baca juga: Belasan Orangutan di Nyaru Menteng sudah terserang ISPA