Sejumlah desa di Pulpis miliki keanekaragaman hayati ekosistem gambut

id Pemkab pulpis, pulang pisau, empat desa pulpis keanekaragaman hayati ekosistem gambut, lahan gambut

Sejumlah desa di Pulpis miliki keanekaragaman hayati ekosistem gambut

Foto Dokumentasi - Relawan Masyarakat Peduli Api (MPA) melakukan proses pembasahan pada lahan gambut menggunakan air sumur bor di Desa Pangkoh Sari, Kabupaten Pulang Pisau, Senin, (21/9/2020). (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Pulang Pisau (ANTARA) - Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Litbang dan Inovasi (Puslitbang Hutan BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raden Garsetiasih mengatakan, sejumlah desa di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah memiliki keanekaragaman hayati dari ekosistem lahan gambut.

"Tim telah melakukan survei ekologi dan pengumpulan data sosial ekonomi di Desa Taruna, Tumbang Nusa, Pilang dan Garung, Kecamatan Jabiren Raya. Selain itu juga terhadap Desa Gohong, Kecamatan Kahayan Hilir," kata Garsetiasih di Pulang Pisau, Rabu.

Dalam Forum Group Discussion (FGD) di Pulang Pisau terkait konservasi kehati ekosistem gambut dalam mendukung peningkatan ekonomi masyarakat, ia menjelaskan pemulihan fungsi ekologis gambut, tak lepas dari perlindungan terhadap keanekaragaman hayati.

Selain itu, data dan informasi sosial, ekonomi, serta kelembagaan yang ada di masyarakat sekitar ekosistem gambut, juga memiliki peran penting, karena memengaruhi strategi pengelolaan secara tepat yang dapat mendukung ekosistem gambut berkelanjutan untuk menyejahterakan masyarakat.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, bersama tim telah melakukan kajian konservasi biodiversitas ekosistem gambut di Pulang Pisau. Kajian ini dilakukan berdasarkan tipe kedalaman gambut, yaitu gambut dalam, sedang dan dangkal.

Menurutnya berdasarkan pengamatan terhadap flora, terdapat jenis-jenis potensial yang masih ada, meski sebagian jenis tanaman pohon ramin, serta jelutung sudah mulai berkurang.

Sedangkan untuk fauna, peneliti menemukan sebanyak 51 spesies jenis burung dengan keragamannya masuk dalam kategori sedang, sedangkan untuk amfibi, reptil dan mamalia termasuk dalam katagori rendah.

"Kategori kurang hingga rendah ini yang selanjutnya kami rekomendasikan untuk kegiatan restorasi," jelasnya.

Dalam menyusun strategi konservasi keanekaragaman hayati, diperlukan pertukaran informasi dan pengetahuan bersama pemangku kepentingan dan masyarakat, guna dikolaborasikan dengan data yang didapat tim di lapangan.

Identifikasi dan inventarisasi flora dan fauna serta biofisik ekosistem gambut, sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisinya, sehingga bisa merumuskan strategi yang tepat untuk pengelolaan selanjutnya.

Ia menekankan restorasi flora pada ekosistem gambut harus disesuaikan dengan jenis lokal yang menjadi pakan satwa liar disana, untuk mencegah konflik satwa yang memasuki permukiman akibat pakan di habitatnya berkurang.

Tidak kalah penting adalah koridor konservasi yang dibangun dengan mempertimbangkan jenis-jenis yang disukai oleh satwa liar sehingga meningkatkan persentase reproduksinya.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Pulang Pisau Hanafi yang membuka FGD mewakili pimpinan daerah mengungkapkan, pemkab menyambut baik penelitian mengenai konservasi kehati di ekosistem gambut ini.

Hanafi berharap hasil penelitian nantinya dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah, khususnya dalam peningkatan perekonomian masyarakat di lokasi lahan gambut di kabupaten setempat yang cukup luas.

Didampingi Kepala Puslitbang Hutan KLHK Kepala Bidang Kerjasama dan Diseminasi Puslitbang Hutan KLHK Ahmad Gadang Pamungkas, dirinya menjelaskan kepentingan dan pemulihan lahan gambut tak lepas dari potensi lahan gambut yang merupakan habitat flora dan fauna.

Pemanfaatan ekosistem lahan gambut yang dilakukan dengan intensitas tinggi dan eksploitasi periode waktu yang pendek, kata dia, mengakibatkan kelangkaan dan produktivitas hasil yang rendah, sehingga memerlukan upaya pengembangan dan strategi pengelolaan.