Palangka Raya (ANTARA) - Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Tengah Lohing Simon menyarankan semua pihak, baik itu pemerintah pusat, provinsi mupun kabupaten, agar lebih mendengarkan keluhan serta masukan dari para petani yang berada di lokasi food estate.
"Jangan sampai para petani di lokasi food estate merasa ditinggalkan. Pemerintah pun harus memberikan pendekatan dan penjelasan terkait informasi kendala yang dihadapi sekarang. Supaya mereka pun segera memahami," kata Lohing di Palangka Raya, kemarin.
Menurut politisi PDI Perjuangan itu menganggap adanya kegagalan panen padi di beberapa lokasi food estate, tidak sepenuhnya kesalahan pemerintah. Sebab, sekarang ini kondisi cuaca di provinsi Kalimantan Tengah sedang kurang mendukung untuk pertanian.
Dia mengatakan curah hujan disertai angin kencang di Kalteng beberapa bulan terakhir ini memang relatif ekstrem. Hal itu bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya gagal panen di sejumlah persawahan di lokasi food estate.
"Tapi, biarpun begitu, kami tetap menyarankan pemerintah bisa mengkaji lebih detail lagi apa saja yang menjadi penyebab terjadinya kegagalan panen di sejumlah lokasi di food estate itu," kata Lohing.
Wakil rakyat Kalteng dari daerah pemilihan I meliputi Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Gunung Mas itu mengakui bahwa perlu ada upaya ekstra dalam menerapkan pola pertanian padi modren di provinsi ini.
Dia mengatakan pertanian modren memang masa tanam dalam satu tahun bisa tiga sampai empat kali dalam setahun. Hanya, di provinsi ini baru dilakukan dua kali masa tanam padi dalam setahun.
"Kondisi itu bisa juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gagal panen. Mungkin bisa saja ada perubahan pola tanam tadi. Dari dua kali menjadi tiga kali setahun," kata Lohing.
Baca juga: Legislator Kalteng minta BKSDA menyisir buaya di pinggir sungai
Dia pun menyarankan kepada pemerintah agar melihat kondisi dan sejumlah masalah yang menjadi hambatan terjadinya gagal panen, dan segera mencari solusinya. Termasuk, penyesuaian bibit di lahan food estate, serta ketepatan waktu dalam penyaluran bibit maupun pupuk.
"Kalau saya berpikir positif saja, namanya pertanian modern ya memang itu tiga kali panen. Gagalnya ini saya liat karena musim hujan yang terbilang ekstrim, sehingga mungkin lepas dari perhitungan itu," demikian Lohing.
Baca juga: DPRD-Pemprov Kalteng bahas pelaksana raperda Hukum Adat Dayak
Baca juga: Tubuh tetap bugar, Ketua DPRD Kalteng santai disuntik vaksin tahap II
Baca juga: Tepati janji membangun infrastruktur di DAS Barito Kalteng