Stok beras di gudang Bulog Buntok cukup hingga tiga bulan

id Stok beras di gudang Bulog Buntok cukup hingga tiga bulan, Buntok, Bulog, barsel

Stok beras di gudang Bulog Buntok cukup hingga tiga bulan

Kepala kantor cabang pembantu Bulog Buntok, Hartuni saat diwawancarai, di Buntok, Rabu (10/2/2021). ANTARA/Bayu Ilmiawan

Buntok (ANTARA) - Persediaan stok beras pada gudang Kantor Cabang Pembantu Bulog Buntok, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, saat ini mencapai 415.788 kilogram atau 415,7 ton.

"Stok beras tersebut mencukupi untuk keperluan dua kabupaten yakni Barito Selatan dan Barito Timur selama dua hingga tiga bulan kedepan," kata Kepala Kantor Cabang Pembantu Bulog Buntok, Hartuni di Buntok, Kamis.

Menurut dia, pihaknya akan selalu memantau stok beras yang ada di gudang tersebut. Apabila stoknya sudah berkurang maka segera dilakukan penambahan untuk menjaga ketahanan stok beras untuk memenuhi kebutuhan di dua kabupaten tersebut.

"Kalau stok tersisa untuk jatah dua kabupaten tersebut selama dua bulan, maka kita akan melakukan penambahan supaya stok beras selalu ada pada gudang," kata Hartuni.

Ia menyampaikan, penambahan beras pada gudang itu berasal dari sejumlah daerah seperti Palangka Raya maupun dari Pulau Jawa seperti dari Jawa Timur dan daerah lainnya seperti Sulawesi Selatan.

"Penambahan stok tersebut memang sudah direncanakan dalam setiap tahunnya, agar stok beras pada gudang Bulog Buntok ini selalu ada dan mencukupi untuk keperluan masyarakat di dua kabupaten," tambah dia.

Selain beras, lanjut dia, pihaknya juga ada memiliki stok daging beku, minyak goreng, gula dan rencananya juga akan masuk tepung terigu.

"Harga daging beku dijual Rp88 ribu per kilogramnya, minyak goreng Rp13 ribu per liter dan gula Rp13 ribu per kilogramnya," jelasnya.

Ia menjelaskan, untuk harga gula memang lebih mahal, karena Bulog mengambilnya dari Palangka Raya. Selain itu, produk yang dijual di Bulog sifatnya sudah komersil dan harganya tergantung biaya angkutnya.

Kondisi saat ini berbeda dengan waktu dulu yang masih subsidi yang harganya Rp12.500 perkilogramnya, sedangkan saat ini biaya angkutnya dibebankan kepada pihaknya sehingga harganya pun harus disesuaikan.

"Kalau dulu, mahal atau murahnya biaya angkut harga gulanya tetap Rp12.500 dan karena sudah komersil, harganya harus disesuaikan dengan biaya angkutnya," demikian Hartuni.

Baca juga: Wakil Ketua DPRD Barsel bantu biaya persalinan warga kurang mampu