Pemkab Kotim normalisasi saluran air tangani ribuan hektare sawah terendam

id Pemkab Kotim normalisasi saluran air tangani ribuan hektare sawah terendam, Kalteng, Bupati Kotim, Halikinnor, Sampit, Kotim, Kotawaringin Timur

Pemkab Kotim normalisasi saluran air tangani ribuan hektare sawah terendam

Bupati Halikinnor memberi arahan saat meninjau banjir yang merendam ribuan sawah di Desa Lampuyang Kecamatan Teluk Sampit, Senin (24/5/2021). ANTARA/Norjani

Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengerahkan dua ekskavator melakukan normalisasi saluran air untuk mengatasi banjir yang merendam ribuan hektare sawah di Desa Lampuyang Kecamatan Teluk Sampit.

"Untuk penanganan jangka pendek ini, kita lakukan normalisasi. Selain pendangkalan, kami lihat juga karena kurang dibersihkan. Bahkan ada parit yang ditimbun warga. Makanya ini kita bersihkan supaya aliran air menjadi lancar," kata Bupati Halikinnor ketika meninjau sawah yang terendam banjir, Senin.

Halikinnor turun ke lokasi didampingi Penjabat Sekretaris Daerah Fajrurrahman, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Sepnita, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Machmoer, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Muhammad Yusuf dan pejabat lainnya.

Halikinnor menjelaskan, selain membersihkan saluran air, rencananya akan dibuat sodetan di beberapa titik untuk memperlancar arus air agar tidak sampai meluber dan merendam sawah.

Pembuatan gorong-gorong menyeberangi bawah jalan akan dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah karena kawasan itu dilintasi jalan lintas kabupaten yang merupakan kewenangan pemerintah provinsi.

Penanganan tersebut diharapkan mampu mengatasi banjir. Jika curah hujan sangat tinggi dan memicu banjir, setidaknya diharapkan hanya terjadi beberapa saat sehingga padi yang terendam tidak sampai mati.

Pemerintah kabupaten juga berencana meningkatkan jalan usaha tani dengan agregat agar transportasi pertanian di daerah yang merupakan lumbung beras Kotawaringin Timur itu semakin baik.

Halikinnor mengakui banjir tersebut menimbulkan kerugian besar bagi petani setempat karena ribuan hektare padi gagal panen. Pihaknya akan mengupayakan membantu petani agar mereka beban bisa berkurang.

"Saat ini tahun anggaran sudah berjalan. Tapi ini menjadi perhatian kami untuk diusulkan dalam program bantuan tahun depan misalnya pengadaan benih untuk membantu petani," ujar Halikinnor.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Sepnita mengatakan, saat ini sedang dilakukan pendataan secara rinci untuk total kerugian yang diderita petani. Sawah yang terendam saat ini merupakan padi yang seharusnya dipanen pada tahap kedua ini.

"Sebagian yang terendam itu juga ada yang memang sudah rusak karena diserang hama. Tapi memang banjirnya ini dalam sehingga banyak padi yang mati," kata Sepnita.

Baca juga: Telaah - Berharap masyarakat sadar COVID-19 itu nyata

Kepala Desa Lampuyang, Muksin menjelaskan, ada sekitar 7.500 hektare padi yang ditanam petani di desa itu. Dari jumlah tersebut, sekitar 3.500 hektare belum sempat dipanen hingga terendam banjir.

"Satu hektare menghasilkan tiga sampai empat ton gabah kering panen dengan harga saat ini Rp6.000 perkilogram. Kalau dihitung-hitung, kerugian petani sekitar Rp5 miliar," kata Muksin.

Muksin mengatakan, pihaknya mendukung langkah pemerintah daerah akan membenahi saluran yang ada, terutama di samping jalan provinsi. Begitu juga saluran primer dan sekunder lahan pertanian diharapkan segera dibenahi karena ini sudah lama diharapkan petani agar aliran air menjadi lancar sehingga tidak banjir lagi.

Dia menyebutkan, setiap tahun hasil panen padi di desa itu menurun, diperkirakan karena pengaruh sistem pengairan dan serangan hama. Saat terendam banjir lebih dua hari, padi dipastikan rusak sehingga gagal dipanen.

"Kami harapkan tiga sungai juga harus dinormalisasi karena terakhir dikeruk pada 2006 sehingga dangkal sehingga aliran tidak lancar. Banjir parah seperti ini terakhir terjadi pada 2013 lalu," demikian Muksin.

Baca juga: Lansia di Kotim antusias ikuti vaksinasi massal