'Sedikit sakit' mungkin diperlukan untuk lawan inflasi

id lawan inflasi,Ketua Dana Moneter Internasional ,IMF,Kristalina Georgieva

'Sedikit sakit' mungkin diperlukan untuk lawan inflasi

Arsip foto - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva berbicara selama konferensi pers bersama di akhir KTT tentang Pembiayaan Ekonomi Afrika di Paris, Prancis 18 Mei 2021. ANTARA/Ludovic Marin/Pool via REUTERS/pri.

Washington (ANTARA) - Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat (24/6/2022) menggarisbawahi pentingnya memerangi inflasi sekarang untuk menopang prospek pertumbuhan ekonomi di masa depan, memperingatkan bahwa hal itu dapat menyebabkan "kesakitan" bagi konsumen dalam jangka pendek.

"Sukses dari waktu ke waktu (dalam menurunkan harga) akan bermanfaat bagi pertumbuhan global, tetapi beberapa kesulitan untuk mencapai kesuksesan itu bisa menjadi harga yang harus dibayar," kata Kristalina Georgieva, saat IMF memangkas perkiraan pertumbuhan AS untuk 2022 sebesar 0,8 poin persentase menjadi 2,9 persen.

Georgieva mengatakan IMF percaya Amerika Serikat dapat lolos dari resesi, tetapi memperingatkan bahwa prospek itu memiliki risiko penurunan "signifikan".

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia masih dapat mengendalikan inflasi di saat sejumlah negara lain mengalami lonjakan harga barang dan jasa karena ketidakpastian global.

“Kita meskipun ada kenaikan sedikit, tapi masih bisa kita jaga dan kendalikan. Coba dilihat sudah ada negara yang inflasinya sudah di atas 70 persen,” kata Presiden dalam perayaan 50 tahun Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) 2022 di Balai Sidang Jakarta, Jumat.

Presiden menyampaikan,  tidak hanya satu atau dua negara, tapi kini inflasi jadi momok semua negara, karena kenaikan harga barang pangan dan energi yang dipicu ketidakpastian global.

Jokowi kembali mencontohkan, di negara maju seperti Amerika Serikat, inflasi telah meningkat hingga 8,3 persen dari tren biasanya di satu persen Sedangkan di Indonesia, inflasi tercatat 3,55 persen (year on year/yoy) hingga Mei 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Presiden meminta semua pihak untuk peka terhadap krisis. Jangan sampai merasa kondisi normal sehingga mengurangi kewaspadaan.

“Diperkirakan ada 60 negara yang akan mengalami kesulitan dan ekonomi, diperkirakan mereka akan menjadi negara gagal kalau tidak bisa segera menyelesaikan masalah ekonominya. Ini yang perlu saya ingatkan kepada kita semua,” ujarnya.

"Jangan sampai kita merasa normal padahal keadaannya betul-betul pada situasi yang tidak normal ketidakpastian ini. Ini yang harus kita jaga semuanya," Jokowi menambahkan.

Penerjemah: Apep Suhendar