Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian setempat sedang mendata ulang dan memetakan secara rinci jalur distribusi pangan ke daerah ini, termasuk memantau perkembangan harga setiap bahan pokok.
"Kami telusuri lagi berapa omzet dan dari mana distributornya, lalu kami cari tahu lagi sampai ke daerah penghasilnya. Data rinci ini diperlukan, kaitannya dengan rencana pemberian subsidi transportasi," kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kotawaringin Timur, Zulhaidir di Sampit, Kamis.
Selama ini objek penghitungan inflasi di Kalimantan Tengah setiap bulannya adalah Sampit Kabupaten Kotawaringin dan Kota Palangka Raya. Tidak heran jika fluktuasi harga kebutuhan pokok, khususnya pangan di Sampit juga akan berdampak terhadap angka inflasi Kalimantan Tengah.
Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan sering berkontribusi terhadap angka inflasi di Sampit, seperti cabai rawit, bawang merah, minyak goreng, telur, ayam potong dan lainnya.
Pemerintah kemudian melakukan upaya pengendalian inflasi dengan menggelar operasi pasar dan pasar murah. Operasi pasar dilaksanakan pada 30 dan 31 Agustus lalu, kemudian disusul pasar murah pada Selasa (6/9).
Baca juga: Dishub Kotim ingatkan angkutan besar patuhi pembatasan waktu masuk kota
Kegiatan ini untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus mengendalikan inflasi. Selain itu, ini juga untuk membantu meringankan beban masyarakat memenuhi kebutuhan pokok.
"Kami menilai ini cukup efektif dampaknya. Cabai rawit kini turun 9 persen. Mungkin ini dampak pasar murah kemarin," ujar Zulhaidir.
Upaya pengendalian inflasi juga diperkuat dengan rencana pemberian subsidi transportasi. Untuk itulah dilakukan pendataan dan pemetaan ulang alur distribusi pangan secara rinci sebagai bahan yang akurat dalam rangka penyaluran subsidi transportasi.
Seperti diketahui, masih banyak jenis kebutuhan pokok di Kotawaringin Timur yang masih didatangkan dari luar darah. Ketergantungan ini membuat harga kebutuhan pokok sering berfluktuasi dalam waktu singkat sehingga memicu tingginya inflasi.
"Pemerintah daerah ingin memutus panjangnya rantai distribusi sehingga harga pangan bisa lebih murah. Kalau alurnya panjang maka akan banyak memakan biaya. Makanya ada rencana subsidi transportasi. Kalau transportasinya murah atau disubsidi maka harga jual barang akan semakin murah," demikian Zulhaidir.
Baca juga: Dalam sepekan, dua ekor buaya peliharaan warga Sampit dievakuasi
Baca juga: Raperda Bantuan Pendidikan wujudkan hak masyarakat Kotim dapatkan pelayanan
Baca juga: DKP Kalteng ajak masyarakat bantu tekan inflasi
Berita Terkait
Wabup minta penanganan terbaik untuk bocah korban laka lantas tragis
Senin, 20 Mei 2024 21:39 Wib
DPKP Kotim: Hasil uji sampel babi di Telawang negatif ASF
Senin, 20 Mei 2024 21:04 Wib
Pemkab Kotim berhasil pertahankan opini WTP sepuluh kali berturut-turut
Senin, 20 Mei 2024 20:51 Wib
DPRD Kotim setujui Raperda Masyarakat Hukum Adat Dayak dan KLA
Senin, 20 Mei 2024 17:30 Wib
Waket DPRD Kotim minta sopir truk CPO didisiplinkan
Senin, 20 Mei 2024 16:44 Wib
Jelang Pilkada Kotim sudah tujuh tokoh mendaftar ke PKS
Senin, 20 Mei 2024 14:59 Wib
Kotim berharap berhasil mengirim wakil ke Paskibraka Nasional
Senin, 20 Mei 2024 11:49 Wib
Bupati Kotim ingatkan pegawai RSUD Murjani terus tingkatkan pelayanan
Minggu, 19 Mei 2024 19:08 Wib