Prosesi Jalan Salib ajarkan kebersamaan atasi tantangan hidup
Jakarta (ANTARA) - Panitia penyelenggara Peringatan Wafatnya Isa Al Masih 2023 kembali menggelar Prosesi Jalan Salib yang memberi pelajaran penting bagi generasi muda dan keluarga dalam menyikapi tantangan hidup berdasarkan kisah sengsara Kristus.
"Renungan Jalan Salib ini memvisualisasikan kehidupan seseorang sama kisah sengsara Kristus. Pesannya kepada orang muda agar dalam keluarga dan sekolah mereka masing-masing punya salibnya (masalah dan tantangan) sendiri," kata Humas Keuskupan Agung Jakarta dan Gereja Katedral Susyana Suwadie di Jakarta, Jumat.
Renungan Jalan Salib ditampilkan melalui sejumlah adegan teaterikal yang melibatkan 80 remaja yang umumnya berusia 17 hingga 35 tahun. Mereka tergabung dalam Orang Muda Katolik Katedral.
Prosesi yang berdurasi kurang dari dua jam sejak pukul 09.00 WIB itu dihadiri sekitar 3.000 jemaat yang berasal dari Jabodetabek.
Adegan bermula dari kisah keluarga tidak mampu secara ekonomi yang terlilit hutang. Cobaan juga dialami sang kepala keluarga yang bermasalah dengan pimpinan di tempat kerjanya.
Permasalahan juga menghinggapi pasangan suami istri dalam keluarga tersebut, sebab pernikahan mereka yang dikaruniai dua anak nyatanya tidak memperoleh restu dari keluarga besar.
Cobaan yang bertubi-tubi dialami sang ayah, mengundang bisikan setan hingga berujung pada niat untuk membunuh orang yang dianggap bertanggung jawab pada persoalan keluarga.
Hingga pada saatnya, malaikat datang memberi petunjuk bahwa Tuhan Yesus punya beban yang lebih berat menanggung dosa umatnya melalui pemasungan salib.
Di akhir prosesi, muncul seorang Romo yang menegaskan bahwa masalah yang dialami setiap orang, bisa diselesaikan dengan cinta dan kasih.
Susyana mengatakan dalam rangkaian adegan tersebut juga ditampilkan tantangan hidup yang kental dengan usia remaja dan anak, yakni perundingan.
"Untuk menghadapi itu, keluarga punya peran menguatkan agar masing-masing individu mengambil peran sesuai fungsinya," katanya.
Ia mengatakan salib menggambarkan penderitaan dan dosa dari masing-masing orang. "Keluarga harus saling menguatkan, supaya semua bisa menghadapi salib masing-masing," katanya.
Sebelumnya, Prosesi Jalan Salib di Gereja Katedral sempat berhenti digelar akibat pandemi selama dua tahun terakhir.
"Jalan Salib ini sudah lama tidak ada sejak pandemi. Baru sekarang ada lagi," katanya.
"Renungan Jalan Salib ini memvisualisasikan kehidupan seseorang sama kisah sengsara Kristus. Pesannya kepada orang muda agar dalam keluarga dan sekolah mereka masing-masing punya salibnya (masalah dan tantangan) sendiri," kata Humas Keuskupan Agung Jakarta dan Gereja Katedral Susyana Suwadie di Jakarta, Jumat.
Renungan Jalan Salib ditampilkan melalui sejumlah adegan teaterikal yang melibatkan 80 remaja yang umumnya berusia 17 hingga 35 tahun. Mereka tergabung dalam Orang Muda Katolik Katedral.
Prosesi yang berdurasi kurang dari dua jam sejak pukul 09.00 WIB itu dihadiri sekitar 3.000 jemaat yang berasal dari Jabodetabek.
Adegan bermula dari kisah keluarga tidak mampu secara ekonomi yang terlilit hutang. Cobaan juga dialami sang kepala keluarga yang bermasalah dengan pimpinan di tempat kerjanya.
Permasalahan juga menghinggapi pasangan suami istri dalam keluarga tersebut, sebab pernikahan mereka yang dikaruniai dua anak nyatanya tidak memperoleh restu dari keluarga besar.
Cobaan yang bertubi-tubi dialami sang ayah, mengundang bisikan setan hingga berujung pada niat untuk membunuh orang yang dianggap bertanggung jawab pada persoalan keluarga.
Hingga pada saatnya, malaikat datang memberi petunjuk bahwa Tuhan Yesus punya beban yang lebih berat menanggung dosa umatnya melalui pemasungan salib.
Di akhir prosesi, muncul seorang Romo yang menegaskan bahwa masalah yang dialami setiap orang, bisa diselesaikan dengan cinta dan kasih.
Susyana mengatakan dalam rangkaian adegan tersebut juga ditampilkan tantangan hidup yang kental dengan usia remaja dan anak, yakni perundingan.
"Untuk menghadapi itu, keluarga punya peran menguatkan agar masing-masing individu mengambil peran sesuai fungsinya," katanya.
Ia mengatakan salib menggambarkan penderitaan dan dosa dari masing-masing orang. "Keluarga harus saling menguatkan, supaya semua bisa menghadapi salib masing-masing," katanya.
Sebelumnya, Prosesi Jalan Salib di Gereja Katedral sempat berhenti digelar akibat pandemi selama dua tahun terakhir.
"Jalan Salib ini sudah lama tidak ada sejak pandemi. Baru sekarang ada lagi," katanya.