Potensi karhutla masih tinggi, Kotim perlu hujan buatan
Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah berharap daerah ini mendapat prioritas dalam kegiatan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan yang masih terjadi.
"Potensi hujan masih rendah. Sampai akhir Oktober masih harus kita waspadai karena hujan baru akan mulai terjadi di wilayah utara," kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur, Rihel di Sampit, Senin.
Kebakaran hutan dan lahan atau karhutla masih terjadi di Kotawaringin Timur. Kewaspadaan ditingkatkan karena kemarau diperkirakan masih terjadi hingga akhir Oktober.
Rapat evaluasi di kantor BPBD yang kemudian diputuskan oleh Bupati Halikinnor, status tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan diperpanjang selama tujuh hari.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam mengatakan, saat ini pemadaman kebakaran lahan dilakukan oleh tim darat dan melalui pengeboman air atau water bombing menggunakan helikopter yang dioperasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
TMC untuk menghasilkan hujan masih diperlukan agar kebakaran lahan di Kotawaringin Timur benar-benar padam. Selain itu, hujan buatan juga untuk mencegah kembali maraknya kebakaran lahan, sambil menunggu tibanya musim hujan.
TMC dilakukan dengan menabur garam di konsentrasi awan-awan yang berpotensi menghasilkan hujan. Pesawat operasional untuk TMC dioperasikan di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya yang kemudian menabur garam ke daerah-daerah yang terdapat potensi awan hujan.
Baca juga: Bupati Kotim bawa bantuan untuk korban kebakaran di Basirih Hilir
"Belakangan ini TMC dilakukan sporadis di Kalteng. Sasarannya beberapa daerah. Kotawaringin Timur baru ditabur garam lagi kemarin. TMC masih kita perlukan untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Kotawaringin Timur ini," ujar Multazam.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur, Mulyono Leo Nardo dalam rapat evaluasi tersebut menjelaskan, TMC diperpanjang karena diperkirakan pada 15 sampai 20 Oktober akan terdapat potensi awan hujan di Kalimantan Tengah.
"TMC ini dilakukan dengan melihat potensi awan. Jadi penaburan garam itu bisa dilakukan jika ada awan yang berpotensi menghasilkan hujan," demikian Mulyono.
Sementara itu Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kotawaringin Timur Joni Parwoto mengatakan, asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih berdampak signifikan terhadap penurunan kualitas udara di daerah ini.
"Kualitas udara Kotawaringin Timur masih masuk kategori tidak sehat dan masuk lima besar nasional. Ini tentu harus tetap menjadi perhatian kita bersama untuk ditanggulangi," ujar Joni.
Pemantauan kualitas udara dilakukan melalui peralatan pengukur indeks pencemaran udara (ISPU). Alat ini yang ditempatkan di halaman kantor Dinas Lingkungan Hidup Kotawaringin Timur ini terus memantau perubahan kualitas udara dari waktu ke waktu sehingga dapat menjadi salah satu bahan dalam membuat keputusan atau kebijakan.
Baca juga: Bupati Kotim bangga kemajuan RSUD Murjani Sampit
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi Disbudpar gencar promosikan Museum Kayu
Baca juga: Dialokasikan Rp46 miliar, Kotim dapat DBH sawit terbesar di Kalteng
"Potensi hujan masih rendah. Sampai akhir Oktober masih harus kita waspadai karena hujan baru akan mulai terjadi di wilayah utara," kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur, Rihel di Sampit, Senin.
Kebakaran hutan dan lahan atau karhutla masih terjadi di Kotawaringin Timur. Kewaspadaan ditingkatkan karena kemarau diperkirakan masih terjadi hingga akhir Oktober.
Rapat evaluasi di kantor BPBD yang kemudian diputuskan oleh Bupati Halikinnor, status tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan diperpanjang selama tujuh hari.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam mengatakan, saat ini pemadaman kebakaran lahan dilakukan oleh tim darat dan melalui pengeboman air atau water bombing menggunakan helikopter yang dioperasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
TMC untuk menghasilkan hujan masih diperlukan agar kebakaran lahan di Kotawaringin Timur benar-benar padam. Selain itu, hujan buatan juga untuk mencegah kembali maraknya kebakaran lahan, sambil menunggu tibanya musim hujan.
TMC dilakukan dengan menabur garam di konsentrasi awan-awan yang berpotensi menghasilkan hujan. Pesawat operasional untuk TMC dioperasikan di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya yang kemudian menabur garam ke daerah-daerah yang terdapat potensi awan hujan.
Baca juga: Bupati Kotim bawa bantuan untuk korban kebakaran di Basirih Hilir
"Belakangan ini TMC dilakukan sporadis di Kalteng. Sasarannya beberapa daerah. Kotawaringin Timur baru ditabur garam lagi kemarin. TMC masih kita perlukan untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Kotawaringin Timur ini," ujar Multazam.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur, Mulyono Leo Nardo dalam rapat evaluasi tersebut menjelaskan, TMC diperpanjang karena diperkirakan pada 15 sampai 20 Oktober akan terdapat potensi awan hujan di Kalimantan Tengah.
"TMC ini dilakukan dengan melihat potensi awan. Jadi penaburan garam itu bisa dilakukan jika ada awan yang berpotensi menghasilkan hujan," demikian Mulyono.
Sementara itu Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kotawaringin Timur Joni Parwoto mengatakan, asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih berdampak signifikan terhadap penurunan kualitas udara di daerah ini.
"Kualitas udara Kotawaringin Timur masih masuk kategori tidak sehat dan masuk lima besar nasional. Ini tentu harus tetap menjadi perhatian kita bersama untuk ditanggulangi," ujar Joni.
Pemantauan kualitas udara dilakukan melalui peralatan pengukur indeks pencemaran udara (ISPU). Alat ini yang ditempatkan di halaman kantor Dinas Lingkungan Hidup Kotawaringin Timur ini terus memantau perubahan kualitas udara dari waktu ke waktu sehingga dapat menjadi salah satu bahan dalam membuat keputusan atau kebijakan.
Baca juga: Bupati Kotim bangga kemajuan RSUD Murjani Sampit
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi Disbudpar gencar promosikan Museum Kayu
Baca juga: Dialokasikan Rp46 miliar, Kotim dapat DBH sawit terbesar di Kalteng