Jakarta (ANTARA) - Peralihan musim dari dingin ke musim semi menyebabkan sejumlah orang mengalami alergi musiman seperti yang diakibatkan oleh banyaknya serbuk sari yang berterbangan.
Hal tersebut tentu menyebabkan gejala-gejala yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dilansir dari Medical Daily, Senin musim semi memang membawa suhu yang lebih sejuk dan bunga-bunga bermekaran.
Baca juga: Anak sering sakit bisa jadi karena alergi sesuatu
Baca juga: Dokter ungkap besaran risiko alergi anak dari faktor genetik
Namun, bagi penderita alergi musiman, banyaknya serbuk sari yang berterbangan pada periode Februari hingga musim panas justru menjadi waktu yang tidak menyenangkan bagi mereka.
Menurut Ahli Alergi dan Imunologi Dr. Reenal Patel, alergi musiman atau yang dikenal sebagai rhinitis alergi telah mempengaruhi hampir 60 juta orang di Amerika Serikat. Di mana 25 persen di antaranya merupakan orang dewasa.
Menurut dia alergi musiman dapat mempengaruhi fungsi mata, telinga, hidung, tenggorokan hingga paru-paru.
Selain itu, alergi dapat mempengaruhi status mental seseorang, seperti merasakan kelelahan, sakit kepala, sakit kulit dan gangguan saluran pencernaan.
Sementara tanda-tanda seseorang terkena alergi musiman, yaitu pilek, hidung tersumbat, batuk, hidung atau tenggorokan gatal, mata berair dan gatal, bersin, post-nasal infus, mata bengkak, dan kelelahan karena gangguan tidur dan kesulitan bernafas.
Kondisi tersebut juga sangat umum bisa terjadi pada orang yang tidak memiliki alergi apapun di masa kanak-kanak. Dengan demikian, diagnosis dini sangat penting untuk mengidentifikasi gejala dan mengambil tindakan pencegahan yang membantu mengelola gejala akibat alergi musiman.
“Jika seseorang mengalami salah satu gejala yang disebutkan di atas pada waktu-waktu tertentu dalam setahun, yang terbaik adalah menjalani tes alergi musiman. Diagnosis alergi seringkali didasarkan pada riwayat, tes tusuk kulit, dan atau pemeriksaan darah,” kata Dr. Patel.
Dr. Patel mengatakan langkah pertama yang dapat penderita lakukan ketika merasakan gejala adalah mengidentifikasi alergen, usai mengetahui penyebabnya, maka penderita dianjurkan untuk menghindari faktor pemicu.
Jika pemicunya tidak dapat dibatasi, dokter mungkin merekomendasikan rencana pengobatan yang disesuaikan untuk individu terkait dengan banyak obat yang diresepkan seperti antihistamin oral, obat tetes mata, dan obat semprot hidung.
"Kami juga dapat mengobati gejala individu tergantung pada apa yang Anda rasakan. Terapi jangka panjang seperti imunoterapi alergi dapat ditawarkan melalui suntikan alergi dan sublingual. tetes atau tablet. Bicaralah dengan ahli alergi Anda untuk mendapatkan rencana khusus untuk Anda," ujar Dr. Patel.
Selain mengidentifikasi alergen, penderita direkomendasikan untuk mandi sebelum tidur agar serbuk sari tidak menempel ketika beristirahat. Sedangkan ketika beraktivitas di luar, ia menyarankan penderita mengenakan topi dan kacamata hitam, tutup jendela rumah atau mobil dan biarkan alat pembersih udara menyala di kamar tidur.
Berita Terkait
Kemenkes : Gejala DBD berubah di tubuh penyintas COVID-19
Jumat, 3 Mei 2024 15:24 Wib
Kenali gejala khas rinitis alergi pada anak
Kamis, 25 April 2024 16:41 Wib
Sembelit bisa jadi gejala umum pada masa perimenopause
Senin, 8 April 2024 13:40 Wib
Awas! Gejala Flu Singapura menular pada anak
Selasa, 2 April 2024 16:29 Wib
Benarkah kolesterol tinggi menimbulkan rasa lelah?
Minggu, 24 Maret 2024 14:36 Wib
Mengenal gejala gangguan mental pada ibu seusai melahirkan
Senin, 18 Maret 2024 16:41 Wib
Berikut gejala awal penyakit ginjal
Sabtu, 9 Maret 2024 22:26 Wib
Berikut gejala kanker prostat yang perlu diwaspadai
Selasa, 27 Februari 2024 13:26 Wib