Tunjangan khusus dihentikan, tenaga pendidik di Kotim mengadu ke bupati

id Tunjangan khusus dihentikan, tenaga pendidik di Kotim mengadu ke bupati, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, bupati Kotim, Halikinnor, pendid

Tunjangan khusus dihentikan, tenaga pendidik di Kotim mengadu ke bupati

Bupati Kotim Halikinnor ketika berdialog dengan sejumlah guru dan kepala sekolah dari kawasan pelosok dan pesisir, Kamis (27/6/2024). ANTARA/Devita Maulina.

Sampit (ANTARA) - Seorang tenaga satuan pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Juwarsih mengadu ke bupati setempat lantaran tunjangan khusus guru (TKG) miliknya dihentikan oleh pemerintah pusat sejak 2021.

“Tunjangan khusus kami kenapa hilang ya pak, sementara di daerah terpencil lain masih dapat,” kata Juwarsih di Sampit, Kamis.

Hal itu ia sampaikan saat mendapat kesempatan berdialog dengan Bupati Kotim pada acara sosialisasi petunjuk teknis pengelolaan dana bantuan operasional satuan pendidikan (BOSP) jenjang SD yang digelar Dinas Pendidikan (Disdik) setempat.

Juwarsih menjabat sebagai Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Satiruk, Kecamatan Pulau Hanaut. Desa Satiruk merupakan salah satu desa terpencil yang berlokasi di bagian selatan Kotim.

Kepada wartawan ia bercerita telah bertugas di Desa Satiruk sejak 1998, kemudian sekitar 2010-2011 ia mulai mendapat TKG. TKG adalah tunjangan yang diberikan kepada guru atau tenaga pendidik yang ditugaskan oleh pemerintah pusat di daerah khusus, sebagai kompensasi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan tugas.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir TKG yang ia terima bersama rekan-rekannya di SDN 1 Satiruk dihentikan, sementara guru-guru di daerah terpencil lainnya masih mendapatkan tunjangan tersebut.

“Awalnya 2019 pernah terhenti, kemudian 2020 dapat lagi. Tapi 2021 berhenti sampai sekarang. Katanya karena desa kami sudah masuk kategori desa maju,” ujarnya.

Baca juga: Didampingi pelatih nasional, Kontingen Kotim optimis jadi terbaik Pesparawi Kalteng

Menurutnya, hal ini berhubungan dengan data status desa yang diunggah pemerintah desa setempat, yakni sebagai desa maju atau bukan lagi desa terpencil, sehingga berdampak pada tunjangan guru setempat.

Sementara menurutnya, hingga kini tempat ia bertugas masih terbilang terpencil. Jarak antara Kota Sampit ke Desa Satiruk kurang lebih 57 kilometer. 

Dari Sampit ia harus berkendara dulu ke Kecamatan Mentaya Hilir Selatan sekitar satu jam, lalu menyebrang menggunakan perahu menuju Desa Bapinang, Kecamatan Pulau Hanaut. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan dengan kendaraan bermotor selama kurang lebih 1,5 jam untuk sampai ke Desa Satiruk.

Oleh karena itu, Juwarsih mengaku sangat kecewa saat TKG miliknya dihentikan. Menurutnya TKG itu pantas diterima guru-guru yang bertugas di Desa Satiruk, karena jika tidak maka belum tentu ada tenaga pendidik yang mau bertugas di desa tersebut.

“Tunjangan khusus itu sebagai motivasi kami, terlebih biaya transportasi ke sana cukup mahal. Kalau ada tunjangan kan bisa membantu meringankan beban kami,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Kotim Halikinnor menginstruksikan Kepala Disdik setempat untuk menelusuri penyebab TKG di Desa Satiruk dihentikan. Pihaknya berupaya agar para guru mendapat hak yang sama sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Baca juga: Pemkab berharap kunjungan Presiden berdampak pada peningkatan pembangunan Kotim

“Ini akan ditelusuri dulu oleh kepala Disdik, kami akan cari tau kenapa ada guru yang dapat TKG dan ada yang tidak. Dimana letak kesalahannya kami telusuri dulu,” ucapnya.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan Kotim Muhammad Irfansyah menyampaikan memang ada beberapa guru yang tidak lagi mendapat TKG berdasarkan surat keputusan (SK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Ia menjelaskan, dari laporan Kepala Bidang Guru dan Tenaga Pendidik Disdik Kotim hal tersebut terjadi karena kesalahan pengisian biodata di data pokok pendidikan (dapodik).

Ketika pada kolom pilihan status wilayah antara desa terpencil, sangat terpencil, maju dan sebagainya, kemungkinan operator memasukkan wilayah tersebut sebagai desa yang maju, sehingga guru di wilayah tersebut tidak memenuhi syarat mendapat TKG.

“Keseringan yang terjadi seperti itu, mungkin operatornya tidak tau atau lalai, sehingga salah mengisi biodata,” ujarnya.

Ia menambahkan, agar tenaga pendidik bisa kembali mendapatkan TKG maka perlu dilakukan perbaikan dapodik, setelah itu data tersebut diajukan ke kementerian untuk dilakukan verifikasi. 

Sesuai arahan bupati, pihaknya akan membantu untuk memperbaiki dapodik dari sekolah yang bersangkutan. Kendati, ia tidak menjamin 100 persen tunjangan tersebut bisa kembali diterima, karena yang berwenang mengambil keputusan adalah pemerintah pusat. 

Baca juga: Presiden Jokowi berupaya jadikan Kotim sebagai penyangga pangan IKN

Baca juga: Mentan dampingi Jokowi tinjau Pompanisasi di Kotawaringin Timur

Baca juga: Bupati Kotim perbolehkan Disdik angkat guru kontrak jika perlu