Sampit (ANTARA) - Sebanyak 100 warga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mengikuti diklat Basic Safety Training (BST) yang digelar Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Sampit untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya keselamatan transportasi di alur Sungai Mentaya.
“Kita tahu di alur Sungai Mentaya selain kapal-kapal niaga, juga sering berlalu lalang kapal penyeberangan dan kapal kecil, sehingga kami mencoba memberikan pemahaman kepada masyarakat agar lebih memahami dan mengutamakan keselamatan,” kata Kepala KSOP Kelas III Sampit Capt Mohammad Hermawan di Sampit, Selasa.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini KSOP Kelas III Sampit bekerja sama dengan Politeknik Pelayaran Barombong yang dipimpin oleh Capt Sidratul Muntaha yang dulunya pernah bertugas di Kotim sebagai Kepala KSOP setempat, sehingga sedikit banyak memahami kondisi perairan di Kotim.
Hermawan menyebutkan, hal yang cukup menjadi permasalahan di alur Sungai Mentaya adalah banyak kapal kecil yang membawa penumpang atau masyarakat yang menggunakan kapal kecil untuk penyeberangan.
Sementara, operator kapal sebagian besar belum mengetahui hal-hal yang seharusnya diperhatikan dan diutamakan ketika membawa penumpang dan ini tentunya berpengaruh pada keselamatan.
“Maka dari itu kami memberikan pendidikan ini agar masyarakat kita lebih memahami arti sebuah keselamatan, khususnya dalam melakukan pelayaran,” ucapnya.
Kendati demikian, ia menyebutkan angka kecelakaan di perairan untuk wilayah Kotim terbilang kecil, contohnya dalam setahun terakhir hanya ada satu kejadian dengan tidak adanya korban jiwa. Namun, diharapkan melalui pelatihan ini angka kecelakaan bisa lebih ditekan.
Baca juga: Tindaklanjuti masalah penerbangan, Komisi IV DPRD sambangi Bandara Haji Asan Sampit
Kegiatan ini perdana dilaksanakan di Kotim dengan menyasar masyarakat umum, khususnya pengguna atau pemilik kapal layar motor (KLM). Program diklat dibagi dalam tiga kegiatan, yakni BST KLM, Surat Keterangan Kecakapan (SKK) 60 Mil bagian Dek dan SKK 60 Mil bagian mesin.
Kegiatan dilaksanakan selama enam hari, yakni 28 Juli - 3 Agustus 2024 di Sampit. Selain mendapat pelatihan, setiap peserta akan mendapat dua life jacket yang masing-masing diberikan oleh KSOP Kelas III Sampit dan Politeknik Pelayaran Barombong.
Selaku narasumber, Direktur Politeknik Pelayaran Barombong Capt Sidratul Muntaha menyampaikan sebenarnya syarat mendasar untuk bekerja di laut adalah memiliki Seafarers Identity Document (SID) atau dokumen identitas pelaut.
Untuk mendapatkan dokumen tersebut seseorang harus mengikuti BST sesuai dengan keperluan atau peruntukannya. Adapun, BST yang digelar kali ini khusus untuk pengguna KLM, khususnya bagi nelayan dan jasa penyeberangan menggunakan kapal kecil.
“BST ini menjadi dasar untuk penerbitan SID seorang pelaut, dengan SID itu maka dia dinyatakan sebagai pelaut yang berhak melakukan pelayaran,” ujarnya.
Ia menyampaikan, hal dasar yang perlu diketahui oleh seseorang yang beraktivitas di laut atau sungai adalah keamanan dan keselamatan. Disamping kemahiran dalam mengoperasikan kapal, perlengkapan keselamatan juga wajib dimiliki.
Maka dari itu, dalam kegiatan ini pihaknya membagikan life jacket kepada setiap peserta karena benda tersebut adalah hal yang penting dan mendasar dalam keselamatan pelayaran.
Baca juga: Pelindo perluas penerapan 'autogate pass' di 34 pelabuhan
Dengan pengetahuan ini setiap peserta bisa mengembangkan atau menyesuaikan dengan kebutuhan pelayaran masing-masing. Misalnya, bagi jasa penyeberangan di alur Sungai Mentaya bisa menambah jumlah life jacket untuk menjamin keselamatan penumpang.
Sementara itu Sekretaris Daerah Kotim Fajrurrahman menyambut baik kegiatan yang digelar KSOP Kelas III Sampit. Sebab, diklat pemberdayaan masyarakat seperti ini merupakan salah satu upaya bersama dalam meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia di daerah.
“Pemberdayaan masyarakat adalah proses yang penting dan berkelanjutan, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Oleh karena itu, peran serta dan komitmen dari semua pihak, terutama para peserta diklat, sangatlah diperlukan,” ucapnya.
Fajrurrahman pun berharap melalui kegiatan ini setiap peserta dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai, yang nantinya dapat diterapkan di lingkungan masing-masing. Selain itu, terjalin kerjasama yang baik antar peserta, sehingga dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan.
Peserta diklat, Syamsuri mengaku senang diberikan kesempatan untuk mengikuti diklat pemberdayaan masyarakat berupa BST KLM ini. Setelah puluhan tahun bekerja sebagai nakhoda tugboat, baru pertama kali ia mendapat pelatihan yang menurutnya sangat penting untuk kelancaran aktivitas pelayaran.
“Pelatihan seperti ini memang penting. Memang kalau di alur sungai sampai ke muara terbilang aman, tapi kalau sudah lewat muara sampai ke laut itu cukup berbahaya. Makanya perlu keterampilan dasar untuk menghadapinya,” sebutnya.
Syamsuri berharap pelatihan seperti ini diadakan secara berkelanjutan agar generasi seterusnya juga memiliki keterampilan dan pemahaman yang memadai untuk kelancaran dan keselamatan pelayaran.
Baca juga: Polres Kotim jaring 786 pelanggaran selama Operasi Patuh Telabang
Baca juga: Raperda RPJPD Kotim 2025-2045 disahkan
Baca juga: Teknokratik RPJMD Kotim 2025-2029 ditargetkan rampung akhir Juli