Kepala SMAN 1 Kuala Kurun akui kecolongan terkait kasus "bullying" siswa
Kuala Kurun (ANTARA) - Haris, warga Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, meminta agar kasus perundungan yang dialami putrinya merupakan yang terakhir dan jangan sampai terulang kembali di kalangan pelajar.
“Saya harap kasus perundungan yang terjadi pada putri saya bisa menjadi pelajaran bagi kita semua,” ucapnya kepada awak media di sela mediasi di Polres Gumas, Kamis.
Untuk diketahui, kasus perundungan terjadi di SMAN 1 Kuala Kurun pada Selasa (30/7) tersebut sempat viral di media sosial, di mana ditampilkan sekelompok pelajar yang cekcok dengan satu orang pelajar di ruang kelas.
Dari video viral tersebut Haris baru mengetahui bahwa yang menjadi korban perundungan adalah putrinya. Dia lantas menghubungi pihak sekolah supaya permasalahan yang menimpa putrinya cepat terselesaikan.
Sebenarnya, pihak sekolah sudah mengupayakan mediasi antara para pelaku dan korban, serta orang tua kedua belah pihak. Namun ada satu orang tua pelaku yang dinilai membela anaknya dengan cara kurang tepat.
Haris lalu melanjutkan kasus perundungan terhadap putrinya tersebut ke Polres Gumas, dengan harapan para pelaku serta orang tua memahami dan memetik pelajaran dari kasus ini.
“Jangan sampai perudungan kembali terulang, baik itu terulang kepada putri saya maupun putra dan putri orang lain,” kata Haris.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Kuala Kurun Batuah turut menyesalkan terjadinya perundungan di sekolah tersebut. Sebagai sekolah penggerak, SMAN 1 Kuala Kurun sebenarnya sudah memberi pemahaman anti bullying atau perundungan.
“Mereka duduk di kelas X. Sebenarnya saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), mereka telah mendapat materi tentang anti bullying. Kami merasa kecolongan atas terjadinya kasus ini,” sesalnya.
Saat mengetahui perundungan terjadi di SMAN 1 Kuala Kurun, saat itu juga pihak sekolah langsung melakukan mediasi. Mediasi hampir menemui titik temu, namun tidak menemui titik temu sehingga harus berlanjut ke kepolisian.
“Berkaca dari kasus ini, SMAN 1 Kuala Kurun akan menggencarkan kampanye anti bullying kepada siswa dan siswi. Kami juga akan mencoba berbagai tindakan antisipasi supaya perudungan tidak kembali terulang,” demikian Batuah.
Dari pantauan di lapangan, hingga Kamis (1/8) sekitar pukul 15.00 WIB, mediasi di Polres Gumas masih berjalan. Polisi juga belum memberi keterangan resmi terkait kasus ini.
“Saya harap kasus perundungan yang terjadi pada putri saya bisa menjadi pelajaran bagi kita semua,” ucapnya kepada awak media di sela mediasi di Polres Gumas, Kamis.
Untuk diketahui, kasus perundungan terjadi di SMAN 1 Kuala Kurun pada Selasa (30/7) tersebut sempat viral di media sosial, di mana ditampilkan sekelompok pelajar yang cekcok dengan satu orang pelajar di ruang kelas.
Dari video viral tersebut Haris baru mengetahui bahwa yang menjadi korban perundungan adalah putrinya. Dia lantas menghubungi pihak sekolah supaya permasalahan yang menimpa putrinya cepat terselesaikan.
Sebenarnya, pihak sekolah sudah mengupayakan mediasi antara para pelaku dan korban, serta orang tua kedua belah pihak. Namun ada satu orang tua pelaku yang dinilai membela anaknya dengan cara kurang tepat.
Haris lalu melanjutkan kasus perundungan terhadap putrinya tersebut ke Polres Gumas, dengan harapan para pelaku serta orang tua memahami dan memetik pelajaran dari kasus ini.
“Jangan sampai perudungan kembali terulang, baik itu terulang kepada putri saya maupun putra dan putri orang lain,” kata Haris.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Kuala Kurun Batuah turut menyesalkan terjadinya perundungan di sekolah tersebut. Sebagai sekolah penggerak, SMAN 1 Kuala Kurun sebenarnya sudah memberi pemahaman anti bullying atau perundungan.
“Mereka duduk di kelas X. Sebenarnya saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), mereka telah mendapat materi tentang anti bullying. Kami merasa kecolongan atas terjadinya kasus ini,” sesalnya.
Saat mengetahui perundungan terjadi di SMAN 1 Kuala Kurun, saat itu juga pihak sekolah langsung melakukan mediasi. Mediasi hampir menemui titik temu, namun tidak menemui titik temu sehingga harus berlanjut ke kepolisian.
“Berkaca dari kasus ini, SMAN 1 Kuala Kurun akan menggencarkan kampanye anti bullying kepada siswa dan siswi. Kami juga akan mencoba berbagai tindakan antisipasi supaya perudungan tidak kembali terulang,” demikian Batuah.
Dari pantauan di lapangan, hingga Kamis (1/8) sekitar pukul 15.00 WIB, mediasi di Polres Gumas masih berjalan. Polisi juga belum memberi keterangan resmi terkait kasus ini.