Sampit (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menggelar bimbingan teknis (bimtek) guna meningkatkan upaya pencegahan penyebaran aliran sesat di tingkat kecamatan.
“Kami sangat menyambut baik program mulia yang diprakarsai oleh MUI Kotim. Ini adalah salah satu sarana yang patut dikembangkan,” kata Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kotim Sanggul Lumban Gaol di Sampit, Sabtu.
Sanggul membuka secara resmi Bimtek penanggulangan ajaran/aliran sesat dalam Islam bagi Majelis Fatwa MUI Kecamatan Se-Kabupaten Kotim yang digelar di aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag) setempat.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kotim ini menyebutkan bahwa kegiatan yang digelar oleh MUI Kotim ini patut dikembangkan, bahkan pihaknya menginginkan agar kegiatan serupa dijadikan agenda rutin per semester atau dua kali setahun.
Bimtek seperti ini penting untuk mengasah wawasan masyarakat akan ajaran atau aliran sesat yang terkadang tidak disadari muncul di tengah masyarakat, untuk itu para peserta yang hadir diharapkan bisa menyebarkan wawasan yang diterima kepada masyarakat di lingkungan masing-masing.
“Dengan peningkatan wawasan dan pemahaman yang sama, sehingga ketika muncul hal-hal baru yang mengarah pada ajaran atau aliran sesat bisa segera dimusyawarahkan dan cepat diatasi,” tuturnya
Bimtek dengan menyasar MUI Kecamatan pun dinilai sudah tepat. Sebab, berdasarkan data pihaknya penyimpangan-penyimpangan seperti ini biasanya rawan muncul di tingkat kecamatan.
Sarang-sarang aliran sesat ini biasanya berada di dekat daerah pinggiran hingga hutan yang tersembunyi. Kemudian, ketika pengikutnya sudah besar, barulah mereka menunjukkan eksistensi ke masyarakat dan hal demikian yang bisa menjadi permasalahan.
Baca juga: Waspada kemunculan buaya di musim kawin
“Makanya kami bersyukur kepada MUI yang menggelar kegiatan ini. Pemerintah daerah sangat mendukung kegiatan ini. Semoga tahun depan semakin kita persolid, sehingga wawasan di tingkat kecamatan semakin luas,” ujarnya.
Bahkan, untuk meningkatkan kualitas bimtek tersebut pemerintah daerah siap berkolaborasi dengan MUI untuk mendatangkan lebih banyak narasumber, salah satunya Intelpam dari Mabes Polri yang tentunya sudah memiliki pengalaman di bidang tersebut baik tingkat pusat hingga daerah.
“Semoga kegiatan ini menjadi suatu media pembelajaran dan penambahan wawasan yang baik bagi kepentingan masyarakat kita,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua MUI Kotim Amrullah Hadi mengaku belum lama ini telah menerima beberapa laporan terkait adanya aliran atau ajaran sesat di wilayah Kotim dan saat ini pihaknya masih menelusuri kebenaran informasi tersebut.
Kendati demikian, ia tidak menyebut lokasi dari dugaan adanya aliran sesat tersebut. Disamping, itu perkembangan mengenai aliran sesat ini sudah semakin marak, terlebih Kotim merupakan daerah terbuka yang bisa diakses melalui jalur darat, laut dan udara.
Oleh karena itu, melalui bimtek ini diharapkan bisa meningkatkan kepekaan MUI di tingkat kecamatan agar bisa mendeteksi dini adanya penyimpangan agama di wilayah masing-masing.
“Kita daerah terbuka, untuk itu kita perlu memberikan pengertian kepada masyarakat supaya bisa mencegah, jangan sampai (aliran sesat) itu terjadi, sebab itu akan mengganggu ketentraman umat,” ujarnya.
Ia melanjutkan, bimtek ini khusus membahas tentang aliran atau ajaran sesat dalam Islam, lantaran mayoritas masyarakat di Kotim maupun Indonesia pada umumnya beragama Islam. Apabila, ketenteraman umat mayoritas ini terganggu, dikhawatirkan negara pun bisa ikut terganggu.
Baca juga: Banjir kian mengkhawatirkan, Kades Rantau Suang sebut warga minta direlokasi
MUI sebagai mitra pemerintah berupaya untuk mencegah hal itu terjadi, serta menjaga kerukunan dan ketentraman umat Islam dengan menjauhkan dari hal-hal yang menyimpang.
“Bimtek ini merupakan upaya preventif kami, karena tidak semua mengerti akan aliran sesat. Melalui kegiatan ini kami ingin memberikan pemahaman apa saja yang bisa mengarah kepada penyimpangan dalam agama Islam,” ujarnya.
Amrullah menambahkan, Kotim sebagai kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Kalimantan Tengah sangat membutuhkan upaya preventif untuk mencegah aliran sesat.
Semakin banyak orang semakin banyak perbedaan pikiran dan pendapat. Pertumbuhan aliran atau ajaran sesat pun semakin subur.
Dalam beberapa kasus pihaknya menemukan, ada orang mengaku sebagai nabi karena berpendapat Nabi Muhammad juga manusia, ada pula yang mengaku sebagai Malaikat Jibril.
Parahnya, orang demikian biasanya memiliki banyak cara untuk mempengaruhi orang lain agar menjadi pengikutnya. Ketika pengikutnya sudah semakin banyak maka hal ini akan sulit untuk ditangani.
Maka dari itu, pihaknya mengedepankan pencegahan daripada penanggulangan. Mencegah sebelum komunitas penganut aliran sesat semakin besar.
Baca juga: Maskapai NAM Air layani penerbangan Sampit-Semarang awal November 2024
Baca juga: DMPD telusuri insiden warga Ujung Pandaran protes kepala desa
Baca juga: Memasuki musim hujan, BPBD Kotim bersiap hadapi bencana banjir
Berita Terkait
Sukacita Natal 2024 warnai Lapas Sampit
Kamis, 19 Desember 2024 7:08 Wib
Legislator Kotim harap Dekopinda bantu koperasi lebih maju
Kamis, 19 Desember 2024 6:56 Wib
DLH Kotim bersihkan tumpukan di depo sampah
Rabu, 18 Desember 2024 23:29 Wib
Proyek Seribu Pintu wujud kepedulian Minamas terhadap kesejahteraan karyawan
Rabu, 18 Desember 2024 22:03 Wib
Bupati Kotim instruksikan permudah perizinan investasi
Rabu, 18 Desember 2024 21:47 Wib
Pemkab Kotim minta seluruh aparatur desa didaftarkan jadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
Rabu, 18 Desember 2024 13:30 Wib
Komisi III sebut perlunya terobosan untuk atasi kekurangan dokter di Kotim
Selasa, 17 Desember 2024 21:26 Wib
Pemkab Kotim uji coba Swalayan UMKM Sampit
Selasa, 17 Desember 2024 21:08 Wib