Sampit (ANTARA) - Menjalani masa pidana di balik jeruji besi tak menghalangi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kanwil Kemenkumham Kalimantan Tengan untuk tetap produktif.
“Program kemandirian merupakan salah satu bentuk pembinaan yang dilaksanakan Lapas Sampit, melalui program ini kami mendorong warga binaan agar bisa produktif meski di dalam Lapas,” kata Kepala Lapas Kelas IIB Sampit Meldy Putera di Sampit, Sabtu.
Ia menjelaskan, sistem pemasyarakatan adalah membina warga binaan agar sadar akan perbuatannya yang melanggar hukum dan memperbaiki diri, sehingga ketika selesai menjalani masa pidana nantinya tidak mengulangi perbuatannya dan dapat berguna di masyarakat.
Dalam hal ini, program pembinaan kemandirian yang bertujuan mengasah kemampuan dan memberikan keterampilan bagi warga binaan yang dapat menjadi bekal menghadapi dunia luar ketika selesai menjalani masa pidana dan kembali hidup bermasyarakat.
Ada beberapa program pembinaan kemandirian yang dilaksanakan Lapas Kelas IIB Sampit, mulai dari pertukangan, kerajinan tangan, tata boga, budidaya sayuran sampai dengan yang terus dikembangkan adalah membuat bahan bangunan berupa batako.
Baca juga: Dinkes dan Lapas Sukamara Lakukan Kerjasama Tangani Limbah Medis
Kegiatan pembinaan berupa pembuatan batako ini melibatkan warga binaan yang disebut tamping (tahanan pendamping.
“Tamping ini diberi tanggung jawab untuk mengelola dan mencetak batako sebagai bagian dari pelatihan keterampilan yang mereka terima,” sebutnya.
Setiap tamping yang terlibat dalam percetakan batako mendapatkan pelatihan khusus untuk menguasai teknik pembuatan batako yang berkualitas.
Kegiatan percetakan batako ini diawasi oleh Pegawai Lapas Sampit, Ahmad Syafiuddin, yang memastikan setiap proses berjalan dengan baik dan sesuai standar.
Prosesnya meliputi pencampuran bahan, pencetakan, dan pengeringan batako. Kegiatan ini tidak hanya memberikan keterampilan baru bagi mereka, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk keahlian yang dapat diterapkan setelah bebas.
Program percetakan batako ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas di dalam Lapas Sampit. Hasil batako yang diproduksi juga dimanfaatkan untuk pembangunan dan perbaikan fasilitas Lapas, memberikan dampak positif bagi warga binaan dan lingkungan sekitar.
Dengan demikian diharapkan program ini dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan di dalam Lapas.
"Kami juga berharap warga binaan memiliki keterampilan yang dapat mereka aplikasikan setelah bebas, salah satunya adalah dalam bidang percetakan batako ini," demikian Meldy.
Baca juga: 20 warga binaan Lapas Sampit dipindah ke Palangka Raya
Baca juga: Warga binaan Sampit senang tetap bisa salurkan hak pilih
Baca juga: Ratusan warga binaan LP Narkotika Kasongan nyoblos di Pilkada 2024