Sampit (Antara Kalteng) - Maraknya kasus pembuangan bayi di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, bisa jadi merupakan dampak pergaulan bebas yang makin parah, khususnya di kalangan remaja yang tidak mampu mengendalikan diri.
"Pembuangan bayi ini ada kemungkinan dampak dari pergaulan bebas yang semakin marak dilakukan oleh anak-anak remaja kita," kata Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Forisni Aprilista di Sampit, Kamis.
Menurutnya, mereka melakukan hubungan seks tanpa berpikir panjang dampak dari kelakuan tersebut dan secara emosi pastinya juga belum siap untuk bertanggung jawab.
Pendapat ini disampaikan Forisni menanggapi kasus temuan bayi baru lahir di dalam kloset toilet lantai dua Citimall Sampit pada Selasa (13/6) sekitar pukul 19.30 WIB lalu. Bayi laki-laki seberat 0,5 kilogram itu kemudian meninggal di RSUD dr Murjani Sampit pada Rabu (14/6) sekitar pukul 00.20 WIB.
Ini kasus ketiga yang terjadi di Sampit sepanjang 2017 ini. Sabtu (3/6) lalu, petugas kebersihan menemukan jasad bayi laki-laki di tempat sampah di perempatan Jalan H Mansur-Walter Condrad Kecamatan Baamang.
Kasus penemuan bayi juga terjadi pada Kamis (23/2) lalu di Jalan Tjilik Riwut Km 8, Baamang Hulu Kecamatan Baamang. Pasangan suami istri, Normansyah (40) dan Nursehan (38), menemukan bayi laki-laki di atas tempat bensin eceran depan warungnya sekitar pukul 05.30 WIB.
Menurut Forisni, hal ini tidak bisa dibiarkan karena akan mengancam generasi penerus. Masalah ini harus menjadi perhatian serius dari semua untuk bersama-sama menanggulanginya.
Dibutuhkan kerjasama berkelanjutan untuk mengatasi masalah ini, bukan sekadar gerakan gerakan sesaat dan seremonial. Ini menyangkut masa depan generasi bangsa. Negara dipertaruhkan jika generasi penerusnya semakin banyak yang mengabaikan nilai-nilai moral dan agama.
"Yang sangat diperlukan sebenarnya memberikan pemahaman, terutama kepada orangtua, baru kemudian kepada anak-anak. Jadi hal ini harus dilakukan dengan dua arah agar hasilnya bisa efektif. Sebenarnya P2TP2A pun bisa saja melakukan sosialisasi sebagai bentuk pencegahan pergaulan bebas tersebut, tapi terkendala dana sangat minim untuk bisa menjangkau ke semua wilayah di Kabupaten Kotawaringin Timur ini," kata Forisni atau akrab disapa Lis.
P2TP2A berusaha maksimal membantu masalah seperti ini. Namun secara organisasi, minimnya perhatian instansi terkait, khususnya dalam hal pengalokasian anggaran, membuat P2TP2A tidak bisa berbuat lebih banyak lagi padahal masalah ini sangat serius.
Berita Terkait
Pemkab Kotim cegah munculnya ekstremisme jelang Pilkada 2024
Rabu, 8 Mei 2024 18:50 Wib
Bupati Kotim apresiasi TMMD bantu buka keterisolasian desa
Rabu, 8 Mei 2024 18:42 Wib
KPU Kotim berjuang agar partisipasi pemilih pilkada tidak rendah
Rabu, 8 Mei 2024 17:49 Wib
Legislator Kotim minta irigasi di kawasan lumbung padi dibenahi
Rabu, 8 Mei 2024 12:59 Wib
Pemkab Kotim komitmen wujudkan Kabupaten Layak Anak
Selasa, 7 Mei 2024 20:14 Wib
Umsa Kotim gelar aksi bela Palestina
Selasa, 7 Mei 2024 19:39 Wib
Pemkab Kotim optimalkan posyandu untuk pendataan dan penanganan stunting
Selasa, 7 Mei 2024 19:26 Wib
DPMPTSP Kotim edukasi pelaku usaha implementasi dan pengawasan perizinan berusaha
Selasa, 7 Mei 2024 17:28 Wib