Rp1 Miliar Disediakan Cegah Karhutla di 3 Desa di Pulang Pisau

id Pulang pisau, UNDP, pencegahan karhutla, kebakaran hutan

Rp1 Miliar Disediakan Cegah Karhutla di 3 Desa di Pulang Pisau

Sejumlah wartawan melihat langsung sumur bor yang dibuat untuk memadamkan lahan apabila terjadi kebakaran di desa Taruna Kabupaten Pulang Pisau. Sumur bor lengkap dengan mesin sedot tersebut menghabiskan dana sekitar Rp10 juta dibiayai UNDP dan dilak

Palangka Raya (Antara Kalteng) - United Nations Development Programme menyediakan dana sekitar Rp1 miliar sebagai upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan di desa Taruna, Kameloh dan Tumbang Nusa di Kabupaten Pulang Pisau.

Dana tersebut dipergunakan untuk membangun infrastuktur pencegahan karhutla maupun pembinaan kelompok serta peningkatan perekonomian masyarakat di tiga desa itu, kata perwakilan UNDP Khairullah di desa Taruna Kabupaten Pulang Pisau, Kamis.

"Mengenai pengelolaan dan pelaksanaan programnya kita bermitra dengan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM), salah satunya ELPAM. Intinya, dana tersebut bagaimana agar Karhutla tidak terjadi lagi," kata Khairullah.

Sementara Direktur ELPAM Intan Nuah menyebut dipilihnya tiga desa sebagai lokasi program yang dibiayai UNDP karena setiap tahun terjadi kebakaran, sehingga perlu dilakukan pencegahan sekaligus membantu meningkatkan ekonomi masyarakatnya.

Dia mengatakan, program mencegah terjadinya Karhutla di tiga desa tersebut diantaranya, membuat sumur bor lengkap dengan mesinnya sebanyak 30 unit, embung penampung air yang juga diisi ikan papuyu maupun lele, melatih masyarakat memanen madu lestari dan lainnya.

"Untuk di desa Taruna, kita membuat 10 sumur bor, merehabilitasi sekitar 10 hektar lahan yang sempat terbakar, dan menghidupkan kembali kelompok masyarakat yang selama ini sudah ada," ucap Intan.

Walau berbagai program mencegah karhutla mendapat dukungan penuh dari masyarakat di tiga desa tersebut, namun pihak ELPAM dan LSM lainnya tetap kesulitan melakukan rehabilitasi lahan karena tidak mendapatkan data pemilik lahan yang pernah terbakar.

Dikatakan, mayoritas pemilik lahan di tiga desa tersebut berasal dari Kota Palangka Raya dan sangat jarang mengunjungi. Alhasil, ketika ingin melakukan rehabilitasi terhambat izin dari pemilik lahan.

"Kalau rehabilitasi lahan yang terbakar, kita memanam pohon Galam dan Blangiran. Pohon ini memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat. Galam itu sudah bisa dimanfaatkan dalam waktu tiga tahun, dan Blangiran untuk 15 tahun ke atas," kata Intan.