Terus berbenah, begini cara pengelola Museum Kayu Sampit tingkatkan pengunjung

id Terus berbenah, begini cara pengelola Museum Kayu Sampit tingkatkan pengunjung,Museum,Gerakan Cinta Museum,Kotim,Sampit,Dwi Astuti Wardhani

Terus berbenah, begini cara pengelola Museum Kayu Sampit tingkatkan pengunjung

Upaya pengelola Museum Kayu Sampit dalam berbenah, berdampak positif terhadap tingkat kunjungan yang kini terus meningkat. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Museun Kayu Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, terus berupaya meningkatkan pengunjung di antaranya dengan menggandeng sekolah yang ada di daerah ini melalui program wisata Gerakan Cinta Museum.

"Gerakan Cinta Museum sudah lama berjalan, namun baru dua tahun belakangan ini mulai bangkit dan ramai pengunjung. Kami berharap sekolah memprogramkan kunjungan siswa ke museum. Jadikan kunjungan ke museum sebagai wisata pendidikan," kata Kepala Museum Kayu Sampit, Dwi Astuti Wardhani, di Sampit, Selasa.

Dwi menjelaskan, Museum Kayu Sampit termasuk dalam kategori museum umum. Karena itu koleksi barang yang ada di museum terletak di Jalan S Parman itu tidak hanya ragam jenis kayu, tetapi juga benda-benda lainnya.

Di dalam Museum Kayu terdapat berbagai jenis kayu, peralatsn pengolahan kayu di zaman dulu, peralatan sehari-hari masyarakat Suku Dayak dan suku lainnya, hingga kerangka ikan paus.

Nama Museum Kayu dipilih untuk mengenang sejarah bahwa kabupaten ini dulunya pernah berjaya di sektor perkayuan.

Melalui museum ini, pemerintah ingin menyampaikan kepada generasi penerus terkait sejarah daerah, termasuk seputar sektor perkayuan.

Dwi mengakui dana yang dialokasikan dari pemerintah daerah cukup terbatas. Akibatnya, pihaknya kesulitan merawat barang koleksi, khususnya sebagian replika jenis kayu yang pernah ada di Kotawaringin Timur karena perawatan kayu memerlukan biaya dan harus dilakukan berkesinambungan.

"Meski begitu, kami terus melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan pengunjung bekerja sama dengah pihak lain. Seperti menggelar pekan budaya dan berbagai lomba dengan sasaran peserta kalangan generasi muda," katanya yang sudah memimpin Museum Kayu Sampit sejak 2008 lalu.

Pihaknya juga berupaya mengembangkan museum terbuka. Misalnya, melestarikan rumah tua motif khas Kotawaringin Timur, seperti yang saat ini masih ada di di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang.

Rumah-rumah itu bisa dijadikan cagar budaya untuk dilestarikan dengan diusulkan melalui peraturan daerah. Rumah tersebut bisa dipugar, namun tidak mengubah bentuk aslinya.

Di desa di pelosok juga ada rumah betang yang merupakan rumah khas Suku Dayak. Selain itu ada pula sapundu, sandung dan lainnya yang sangat kental dengan suku asli daerah ini.

Dwi juga mengajak masyarakat merawat benda-benda antik atau kuno yang memiliki nilai sejarah. Jika ingin dititipkan di Museum Kayu, pihaknya dengan terbuka menerimanya untuk menambah koleksi di museum tersebut.

Salah seorang pengunjung, Noraifah menyarankan pengelola Museum Kayu memanfaatkan sosial media sebagai sarana promosi sehingga banyak warga, khususnya generasi muda tertarik berkunjung ke museum tersebut.

"Museum identik dengan sesuatu yang antik atau kuno, tapi promosinya harus modern. Laksanakan juga event rutin event kecil maupun besar untuk menarik minat pengunjung," ujarnya.

Ramadhan, pengunjung lainnya mengaku sependapat agar pihak museum meningkatkan kerja sama dengan pihak sekolah dan kampus untuk menanamkan cinta museum kepada generasi muda sejak dini.