Jakarta (Antaranews Kalteng) - Skoliosis adalah kondisi tulang belakang manusia jika dilihat dari belakang akan tampak meIengkung ke kiri atau ke kanan, dengan kurva lengkung biasanya berbentuk "S' atau 'C' sedikitnya 10 derajat, kata Dr. dr. Wawan Mulyawan SpBS(K), SpKP.
Dalam keterangan tertulisnya, Selasa, spesialis bedah saraf dari Brain and Spine Bunda Neuro Center itu menuturkan bahwa dalam beberapa kasus, lengkungan skoliosis bisa stabil atau malah bertambah seiring waktu.
"Skoliosis ringan biasanya tak menyebabkan masalah, namun kasus berat bisa membuat penderita mengalami masalah pernafasan. Meski penderita mungkin tak merasakan nyeri tertentu," tutur dia.
Penyebab skoliosis bisa banyak hal, salah satunya masalah kongenital, terjadi saat periode perkembangan janin.
SkoIiosis juga bisa disebabkan oleh keturunan atau genetik, panjang kaki yang berbeda, cedera, infeksi atau tumor.
"Pasien mungkin merasakan tinggi bahu atau panggung kiri dan kanan yang berbeda, merasa kebas, Iemah atau sakit di kaki, sulit berjalan atau berdiri tegak, lelah, sesak nafas dan merasa terjadi penyusutan tinggi badan," kata Wawan.
Setelah berbagai pemeriksaan, dokter akan memberikan alternatif tindakan berdasarkan beberapa faktor penentu. Misalnya lokasi lengkungan, derajat lengkungan, rasa nyeri, sesak nafas atau jenis kelamin.
Beberapa alternatif yang mungkin bisa dilakukan mulai dari sekadar observasi, non-bedah seperti penggunaan korset atau tindakan pembedahan.
Obsevasi dilakukan jika lengkungan termasuk kategori ringan. Untungnya, hal itu terjadi hampir pada 90 persen kasus Skoliosis. Sementara jika lengkungan antara 20-40 derajat dokter mungkin akan menganjurkan penggunaaan korset (brace).
Saat ini banyak dijual secara luas baik apalagi secara online korset yang konon bisa membuat penggunanya memiliki postur lebih tegak. Sebaiknya hati-hati karena tidak ada korset untuk tulang belakang yang dibuat secara universal.
"Pemeriksaan dan pengukuran oleh dokter ahli sangat diperlukan untuk semaksimal mungkin mengembalikan tulang punggung ke bentuk normal," ujar Wawan.
Jika kondisi Skoliosis yang diderita pasien lebih berat, maka pembedahan untuk koreksi tulang belakang mungkin akan diperlukan. Selama pembedahan monitoring dan evaluasi juga terus dilakukan khususnya untuk pembiusan dan monitoring saraf.
Evaluasi pasca operasi akan dilakukan khususnya agar saraf sensorik, motorik dan otonom semua bisa berfungsi usai pembedahan.
Berita Terkait
Berikut manfaat kaldu tulang untuk kesehatan
Selasa, 20 Februari 2024 11:57 Wib
Film 'Tulang Belulang Tulang' luncurkan trailer, angkat budaya Batak Toba
Senin, 29 Januari 2024 9:04 Wib
Mengenal pentingnya protein untuk kesehatan tulang di masa tua
Rabu, 10 Januari 2024 10:54 Wib
Awas! Duduk lama tanpa diimbangi gerakan berpotensi terkena saraf terjepit
Rabu, 20 Desember 2023 17:16 Wib
Benarkah tulang sapi dapat sembuhkan patah tulang pada manusia?
Sabtu, 14 Oktober 2023 13:37 Wib
Marini cedera tulang setelah insiden dengan Alex Marquez
Rabu, 24 Mei 2023 20:08 Wib
Cegah masalah akibat duduk terlalu lama dengan berdiri setiap 60 menit
Senin, 22 Mei 2023 12:15 Wib
Patah tulang berisiko kurangi umur hingga 7 tahun?
Kamis, 18 Mei 2023 19:39 Wib