"Tidak semua jemaat diizinkan untuk ibadah di gereja mengingat kapasitas digunakan hanya menampung 50 persen dari kapasitas gereja tersebut. Untuk tanggal 24, 25 dan 26 Desember tetap dilakukan pembatasan jumlah di dalam ruang gereja dan pemberlakuan jarak di luar gereja," kata Ketua Majelis Resort Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Sampit, Yuprinadie Mihing di Sampit, Minggu.
Pandemi COVID-19 yang masih terjadi membuat semua pihak diwajibkan menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan. Perayaan Natal yang biasanya sudah dimulai sejak awal Desember kini harus mempertimbangkan situasi. Ibadah Natal pun dilaksanakan namun dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.
Yuprinadie menyebutkan, ibadah dan perayaan Natal di Resort Sampit untuk tahun ini dilaksanakan dengan berbagai bentuk. Ada yang melaksanakan dengan tatap muka di gereja namun dengan pembatasan jumlah yang hadir.
Ada pula yang dilaksanakan di wilayah-wilayah terbatas dalam lingkungan. Misalnya jika dalam lingkungan tersebut ada 10 wilayah, maka dilaksanakan 10 kali ibadah Natal di lingkungan.
Kondisi saat ini membuat jemaat diharapkan memakluminya sehingga tidak memaksakan hadir ke gereja. Apalagi pihak gereja juga akan melakukan pelayanan secara virtual sehingga jemaat bisa mengikutinya dari rumah.
"Ada yang melaksanakan secara mandiri di rumah masing-masing dengan cara liturgi dan materi khotbah dibagikan terlebih dahulu ke warga jemaat, ada yang dilaksanakan secara virtual, ada juga yang live streaming, ada juga kunjungan doa ke rumah-rumah jemaat dan juga ada yang hanya membagikan sembako ke orang yang tidak mampu. Tentu semua itu dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat," kata Yuprinadie.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur, Rinie Anderson mengatakan, dirinya dengan terpaksa tahun ini meniadakan perayaan Natal ataupun "open house" tanggal 25 Desember.
Dia awalnya berencana untuk melaksanakannya namun karena kondisi pandemi COVID-19 belum berakhir maka niat itu diurungkan. Dia memilih untuk patuh kepada anjuran pemerintah untuk menghindari adanya kerumunan masa karena berpotensi terjadi penularan COVID-19.
"Karena kondisinya seperti sekarang ini, di mana wabah COVID-19 terus bertambah sehingga tidak ada kegiatan 'open house' ataupun sejenisnya. Kita khawatir akan muncul klaster baru nantinya karena kegiatan," kata Rinie.
Baca juga: Sepenggal kisah pejabat Kotim yang sembuh dari COVID-19
Politikus PDIP ini menilai, untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 ini memang harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Silaturahmi secara langsung pun disarankan dihindari agar tidak ada kontak erat yang bisa memicu penularan COVID-19.
"Memang berat tahun ini. Sehingga kita memang harus meniadakan kegiatan silaturahmi segala macam yang biasanya kami gelar. Ini semata-mata untuk kebaikan bersama untuk memutus penularan dan klaster baru COVID-19," kata Rinie.
Rinie mengaku terus memantau perkembangan COVID-19 di daerah ini. Menurutnya, grafik perkembangan sangat tidak menentu sehingga harus terus diwaspadai karena kadang jumlahnya bisa meledak tinggi.
"Kadang angka positif bisa banyak, nah maka dari itu bagaimana kita bersama-sama menekan angka positif itu secara bersama-sama dengan melaksanakan anjuran pemerintah dengan disiplin," demikian Rinie.
Sementara itu, berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, hari ini terdapat 13 kasus baru dan delapan orang pasien sembuh dari COVID-19. Secara keseluruhan, kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur sudah 1.037 kasus, terdiri dari 617 orang sembuh, 385 orang masih dirawat dan 35 orang meninggal dunia.
Baca juga: Enam kru KLM Armada Bahari Mulya diselamatkan kapal kargo tujuan Sampit
Baca juga: Pelaku UMKM bantu promosi pariwisata Kotim