Harga cabai di Palangka Raya "melambung" imbas banjir di Kalsel

id Harga cabai palangka raya naik, cabai rawit palangka raya, banjir kalsel, banjir banjar, banjir barabai, banjir kalimantan selatan

Harga cabai di Palangka Raya "melambung" imbas banjir di Kalsel

Ilustrasi cabai. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif/)

Palangka Raya (ANTARA) - Harga cabai rawit di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah "melambung" imbas terjadinya bencana banjir yang menerjang Kalimantan Selatan sejak beberapa hari lalu.

"Saat ini harga cabai rawit tembus Rp100-110 per kilogram. Informasinya karena pasokan dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan terganggu karena banjir," kata seorang pedagang sayur Diana di Palangka Raya, Sabtu.

Dia menerangkan, pada masa normal harga cabai rawit di tingkat agen besar berkisar Rp50-60 ribu per kilo. Namun sejak Kamis lalu atau sejak kabar bencana banjir melanda Kalimantan Selatan, harga cabai terus naik sampai beberapa kali.

"Pertama dari harga normal tiba-tiba menjadi Rp80-90 ribu dan per hari ini menjadi Rp100-110 ribu sekilo. Tentu jika langganan atau seperti yang dijual kembali dapat harga yang Rp100 ribu," terangnya.

Akibat melonjaknya harga tersebut, dia mengaku langsung membeli cabai sampai lima kilogram untuk menghindari kembali melonjaknya harga cabai rawit.

"Saya takut nanti harga naik lagi. Maka saya cukup banyak membeli, nanti kalau tambah mahal kasian juga langganan saya yang mencari cabai di warung ini," ungkap Diana.

Selain pada cabai rawit, harga sejumlah sayuran juga mulai naik meski tidak signifikan. Diantaranya seperti kacang panjang, kentang dan wortel.

"Sementara untuk ayam hari ini saya masih dapat harga normal Rp33 ribu per kilogram. Informasinya hal ini karena stok ayam di Palangka Raya masih aman," jelasnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Palangka Raya, Sigit K Yunianto meminta pemerintah kota melalui Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM dan Perindustrian segera mengatasi dan mengantisipasi lonjakan harga bahan pokok.

Apalagi, lanjut dia, seperti diketahui sebagian bahan kebutuhan pokok yang beredar di Palangka Raya didatangkan dari Kalimantan Selatan atau setidaknya didatangkan melalui provinsi yang saat ini tengah mengalami musibah banjir itu.

"Setidaknya pemerintah harus segera menyusun strategi dan alternatif penyediaan kebutuhan pokok masyarakat. Apalagi kita juga belum tahu kapan bencana tersebut berakhir," tuturnya.