Jakarta (ANTARA) - Facebook Inc menyatakan sudah tidak ada lagi masalah yang menyebabkan data 530 juta pengguna mereka bocor pada 2019 lalu.
"Sebagai hasil dari tindakan yang kami ambil, kami yakin masalah spesifik yang menyebabkan peretas bisa mengambil data tersebut pada 2019 sudah tidak ada lagi," kata Facebook di blog resmi, dikutip Rabu.
Facebook mengatakan data tersebut diambil bukan dengan cara meretas sistem mereka, namun dengan metode "scraping" sebelum September 2019.
Scraping dilakukan dengan memasang perangkat lunak otomatis untuk mengambil informasi publik yang ada di internet. Menurut Facebook, peretas menyalahgunakan fitur impor kontak, yang biasanya digunakan untuk menemukan teman yang juga memiliki akun di Facebook.
"Ketika kami menyadari aktor jahat menggunakan fitur ini pada 2019, kami membuat perubahan untuk fitur itu," kata Facebook.
Facebook menyatakan tidak ada informasi tentang finasial, kesehatan dan kata kunci yang diambil.
Untuk mencegah kejadian serupa, selain membentuk tim keamanan, Facebook juga meminta pengguna mereka mengecek secara rutin pengaturan privasi, menggunakan fitur keamanan otentikasi dua faktor dan bijak memilih informasi yang ditampilkan untuk umum.
Berita Terkait
Kalimantan Tengah jaga ketersediaan arsip tetap autentik
Selasa, 23 April 2024 15:16 Wib
Microsoft investasi Rp46 triliun di Jepang untuk pusat data AI
Jumat, 12 April 2024 13:51 Wib
Benarkah KPU akui jual data rahasia negara ke asing? Ini faktanya
Selasa, 2 April 2024 7:50 Wib
KPU Bartim pastikan coklit data pemilihan bupati dan wakil bupati
Selasa, 27 Februari 2024 6:15 Wib
Pemkab Kapuas perketat data P3KE dan DTKS
Senin, 26 Februari 2024 22:38 Wib
Pemkab Barito Utara lakukan Forum Satu Data Indonesia
Jumat, 16 Februari 2024 8:22 Wib
Data masuk sementara dari Populi Center, Prabowo-Gibran 60,67 persen dalam "quick count"
Rabu, 14 Februari 2024 16:23 Wib
Ganjar sebut data bansos saat ini tidak valid, ini faktanya!
Selasa, 6 Februari 2024 10:55 Wib