Bupati Kotim kaget Terowongan Nur Mentaya masuk rekor MURI
Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Halikinnor tampak sangat kaget ketika pejabat dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) muncul dan memberikan piagam penghargaan serta mengalungkan medali penghargaan rekor atas capaian Terowongan Nur Mentaya.
"Waduh, luar biasa ini. Saya kaget karena sama sekali tidak tahu. Ini kejutan luar biasa bagi kita semua sebagai kado Hari Jadi ke-70 Kabupaten Kotawaringin Timur tercinta ini," kata Halikinnor seraya bersalaman dan merangkul Direktur Operasional MURI Jusuf Ngadri di Sampit, Sabtu malam.
Kejutan itu terjadi saat pesta rakyat "Hasupa Hasundau" di kawasan Terowongan Nur Mentaya. Kegiatan yang diisi dengan penyajian jajanan gratis, penyerahan hadiah lomba foto dan video serta hiburan oleh artis ibu kota ini dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke-70 Kotawaringin Timur.
Awalnya bupati bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah mengira sudah tuntas. Namun tiba-tiba dari kerumunan muncul Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Perhubungan Oktav Fahlevi membawa Direktur Operasional MURI Jusuf Ngadri.
Bupati sempat kebingungan, namun kemudian dia terlihat gembira ketika mengetahui bahwa ada penghargaan MURI. Dia sama sekali tidak mengetahui dan tidak menyangka kawasan Terowongan Nur Mentaya yang diresmikannya pada 10 Desember 2022 lalu dicatat dalam rekor MURI.
Terowongan Nur Mentaya dianugerahi rekor dunia MURI berupa piagam penghargaan MURI kepada Halikinnor selaku Bupati Kotawaringin Timur atas rekor tiang lampu jalan dengan hiasan ornamen etnik terbanyak.
"Ini bukan saja kejutan bagi saya, tetapi bagi kita semua masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur karena kita tidak menyangka. Saya berterima kasih. Masyarakat Kotim luar biasa dengan semangat habaring hurung (gotong royong). Ini menjadi motivasi bagi kita untuk lebih baik," ujar Halikinnor.
Terowongan Nur Mentaya terletak di Jalan Tjilik Riwut sepanjang hampir tiga kilometer dari Bundaran Adipura di pertigaan Jalan Samekto hingga depan Stadion 29 November Sampit. Kawasan ini dipasangi lampu di kedua sisi jalan dengan bentuk melengkung ke tengah jalan sehingga saat malam hari diibaratkan sebuah terowongan cahaya.
Direktur Operasional MURI Jusuf Ngadri menjelaskan, penilaian rekor MURI ini adalah dari kategori superlatif atau paling yakni dicatat sebagai lampu penerangan jalan dengan hiasan ornamen-ornamen etnik terbanyak yakni tidak kurang dari 6.880 ornamen etnik terbanyak, ditambah lagi ornamen lampu berbentuk ikan jelawat di atasnya sebanyak 172 buah.
Ornamen lampu ikan jelawat serta bentuk tiang melengkung dan pernak-perniknya juga membuat Terowongan Nur Mentaya mempunyai nilai keunikan tersendiri yang menjadi poin penilaian tambahan.
Ketika lampu dinyalakan seakan-akan membuat pengendara yang melintas di bawahnya sedang melewati terowongan cahaya sehingga tidak salah jika kemudian diberi nama Terowongan Nur Mentaya.
"Kategori ini sebelumnya pernah ada tetapi dengan ornamen yang lain. Misalnya penyeberangan jalan dengan ornamen batik. Tetapi Terowongan Nur Mentaya ini kan lebih etnik dalam bentuk khas Kalimantan Tengah dengan jumlah sebanyak itu, kemudian tiangnya itu sendiri didesain seakan kita melewati sebuah terowongan cahaya. Itu uniknya," ujar Jusuf Ngadri didampingi Oktav Fahlevi.
Sementara itu, suasana pesta rakyat "Hasupa Hasundau" berlangsung meriah. Diperkirakan puluhan ribu warga memadati sepanjang tiga kilometer kawasan Terowongan Nur Mentaya. Usai menikmati jajanan gratis yang disiapkan pemerintah daerah, warga bersantai menikmati hiburan oleh para musisi tergabung dalam ASSIK yang tampil di belasan titik lokasi.
Di panggung utama, tampil artis ibu kota yaitu Ivan Govinda. Warga benar-benar menikmati pesta rakyat di kawasan Terowongan Nur Mentaya yang sengaja di tutup untuk lalu lintas kendaraan selama pesta rakyat berlangsung.
Baca juga: IMI Kotim awali 2023 dengan langsung menggelar tiga kejuaraan
Baca juga: Wagub sebut Kotim jadi model Mal Pelayanan Publik di Kalteng
Baca juga: Pemprov Kalteng apresiasi kemajuan pesat pembangunan Kotim
"Waduh, luar biasa ini. Saya kaget karena sama sekali tidak tahu. Ini kejutan luar biasa bagi kita semua sebagai kado Hari Jadi ke-70 Kabupaten Kotawaringin Timur tercinta ini," kata Halikinnor seraya bersalaman dan merangkul Direktur Operasional MURI Jusuf Ngadri di Sampit, Sabtu malam.
Kejutan itu terjadi saat pesta rakyat "Hasupa Hasundau" di kawasan Terowongan Nur Mentaya. Kegiatan yang diisi dengan penyajian jajanan gratis, penyerahan hadiah lomba foto dan video serta hiburan oleh artis ibu kota ini dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke-70 Kotawaringin Timur.
Awalnya bupati bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah mengira sudah tuntas. Namun tiba-tiba dari kerumunan muncul Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Perhubungan Oktav Fahlevi membawa Direktur Operasional MURI Jusuf Ngadri.
Bupati sempat kebingungan, namun kemudian dia terlihat gembira ketika mengetahui bahwa ada penghargaan MURI. Dia sama sekali tidak mengetahui dan tidak menyangka kawasan Terowongan Nur Mentaya yang diresmikannya pada 10 Desember 2022 lalu dicatat dalam rekor MURI.
Terowongan Nur Mentaya dianugerahi rekor dunia MURI berupa piagam penghargaan MURI kepada Halikinnor selaku Bupati Kotawaringin Timur atas rekor tiang lampu jalan dengan hiasan ornamen etnik terbanyak.
"Ini bukan saja kejutan bagi saya, tetapi bagi kita semua masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur karena kita tidak menyangka. Saya berterima kasih. Masyarakat Kotim luar biasa dengan semangat habaring hurung (gotong royong). Ini menjadi motivasi bagi kita untuk lebih baik," ujar Halikinnor.
Terowongan Nur Mentaya terletak di Jalan Tjilik Riwut sepanjang hampir tiga kilometer dari Bundaran Adipura di pertigaan Jalan Samekto hingga depan Stadion 29 November Sampit. Kawasan ini dipasangi lampu di kedua sisi jalan dengan bentuk melengkung ke tengah jalan sehingga saat malam hari diibaratkan sebuah terowongan cahaya.
Direktur Operasional MURI Jusuf Ngadri menjelaskan, penilaian rekor MURI ini adalah dari kategori superlatif atau paling yakni dicatat sebagai lampu penerangan jalan dengan hiasan ornamen-ornamen etnik terbanyak yakni tidak kurang dari 6.880 ornamen etnik terbanyak, ditambah lagi ornamen lampu berbentuk ikan jelawat di atasnya sebanyak 172 buah.
Ornamen lampu ikan jelawat serta bentuk tiang melengkung dan pernak-perniknya juga membuat Terowongan Nur Mentaya mempunyai nilai keunikan tersendiri yang menjadi poin penilaian tambahan.
Ketika lampu dinyalakan seakan-akan membuat pengendara yang melintas di bawahnya sedang melewati terowongan cahaya sehingga tidak salah jika kemudian diberi nama Terowongan Nur Mentaya.
"Kategori ini sebelumnya pernah ada tetapi dengan ornamen yang lain. Misalnya penyeberangan jalan dengan ornamen batik. Tetapi Terowongan Nur Mentaya ini kan lebih etnik dalam bentuk khas Kalimantan Tengah dengan jumlah sebanyak itu, kemudian tiangnya itu sendiri didesain seakan kita melewati sebuah terowongan cahaya. Itu uniknya," ujar Jusuf Ngadri didampingi Oktav Fahlevi.
Sementara itu, suasana pesta rakyat "Hasupa Hasundau" berlangsung meriah. Diperkirakan puluhan ribu warga memadati sepanjang tiga kilometer kawasan Terowongan Nur Mentaya. Usai menikmati jajanan gratis yang disiapkan pemerintah daerah, warga bersantai menikmati hiburan oleh para musisi tergabung dalam ASSIK yang tampil di belasan titik lokasi.
Di panggung utama, tampil artis ibu kota yaitu Ivan Govinda. Warga benar-benar menikmati pesta rakyat di kawasan Terowongan Nur Mentaya yang sengaja di tutup untuk lalu lintas kendaraan selama pesta rakyat berlangsung.
Baca juga: IMI Kotim awali 2023 dengan langsung menggelar tiga kejuaraan
Baca juga: Wagub sebut Kotim jadi model Mal Pelayanan Publik di Kalteng
Baca juga: Pemprov Kalteng apresiasi kemajuan pesat pembangunan Kotim