"Nabi Ibrahim berhasil membina keturunan yang memiliki kepribadian yang baik dan saleh, penyabar dan tidak menyusahkan orang tua. Generasi ini disiapkan pada pendidikan melalui komunikasi dan harmonisasi keluarga," kata Ahmadi saat menjadi khatib Salat Idul Adha di Palangka Raya, Rabu.
Dia mengatakan, menyiapkan generasi yang penuh kasih sayang, saling menghargai, taat dan hormat kepada orang tua dan sayang sesama sesama, memiliki mental tangguh dan sabar serta penuh keikhlasan telah dibuktikan dan dicontohkan oleh Ibrahim bersama keluarganya.
Kisah keluarga yang luar biasa itu juga telah diabadikan di dalam Al Quran tentang kisah dan sejarah pelaksanaan ibadah kurban di Hari Idul Adha.
"Pada kisah ini ada tokoh yang menjadi panutan pada masing-masing generasi. Ibrahim yang mewakili generasi panutan dan Ismail yang mewakili generasi muda yang berkarakter dan menerima nilai-nilai kebaikan dari angkatan sebelumnya," katanya.
Ahmadi mengatakan, dari kisah tersebut, seorang tokoh bernama Ibrahim mampu membangun komunikasi kepada generasi penerusnya. Pelajaran yang dapat dipetik adalah bahwa dalam kehidupan keluarga, membangun komunikasi antara anggota keluarga merupakan persoalan yang penting dan kini menjadi problem kebanyakan keluarga.
Baca juga: FKIP UMPR dan ADMI bekerja sama seminar internasional empat negara
Terjadinya disharmonisasi hubungan antara suami dan istri serta anak disebabkan tersumbatnya komunikasi di lingkungan keluarga. Karena keluarga yang tidak harmonis, tak jarang anak-anak lari dari keluarga.
Akhirnya, anak-anak terjebak dalam pergaulan bebas, terpengaruh minuman dan obat terlarang yang merusak karakter generasi, hingga puncaknya terjadi kenakalan remaja bahkan kriminalitas.
"Untuk itu, mari kita ambil pelajaran dari kisah qurani dalam pentas sejarah atas Nabi Ibrahim dan keluarga untuk menjaga kualitas keluarga masa kini dan masa pendatang," kata Prof Ahmadi di hadapan para jamaah warga Muhammadiyah Palangka Raya yang melaksanakan salat Idul Adha 1444 Hijriyah di Lapangan Sanaman Mantikei.
Di sisi lain, warga Muhammadiyah dan sejumlah masyarakat lain di Provinsi Kalimantan Tengah melaksanakan Salat Idul Adha pada Rabu (28/7) dan sebagian lainnya melaksanakan Salat Idul Adha pada Kamis (29/7).
Meski demikian, kondisi tersebut tak menjadikan adanya gangguan harmonisasi antara umat Islam di Kalimantan Tengah. Rasa toleransi dan saling menghargai dan menghormati tetap terjaga sampai saat ini.
Keadaan ini juga sesuai dengan falsafah yang selalu dijunjung masyarakat di Kalteng yakni "Huma Betang". Di dalamnya terkandung nilai-nilai semangat toleransi dan saling menghargai dan menghormati di tengah kemajemukan.