Masyarakat di pesisir Kotim diminta waspada gelombang tinggi disertai angin kencang
Sampit (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit mengimbau masyarakat di daerah pesisir, agar waspada terhadap potensi gelombang tinggi dan angin kencang selama sepekan kedepan.
"Berdasarkan prakiraan kami tinggi gelombang untuk satu pekan kedepan berkisar antara 0,5 hingga 1,5 meter. Selain itu, ada potensi hujan ringan hingga lebat yang dapat disertai angin kencang," kata Prakirawan BMKG Kotim Lyla Affifah di Sampit, Selasa.
Ia menjelaskan, secara umum seluruh wilayah Kalimantan Tengah, khususnya Kotim selama sepekan kedepan berpotensi terjadi pertumbuhan awan konvektif (awan Cumulonimbus) yang dapat menimbulkan hujan intensitas sedang hingga lebat dan angin kencang.
Kondisi ini dapat menambah tinggi gelombang di wilayah pesisir dan perairan selatan Kalimantan Tengah. Sehubungan dengan ini, masyarakat yang berada di wilayah pesisir terutama para nelayan yang beraktivitas di laut agar lebih waspada dan selalu memantau informasi terkait prakiraan cuaca sebelum melaut.
"Masyarakat diharap selalu memantau informasi cuaca melalui aplikasi info BMKG dan instagram BMKG Kotim. Kami selalu update untuk peringatan dini cuaca buruk di aplikasi tersebut," ucap Lyla.
Ia juga menyampaikan, risiko angin kencang dan gelombang tinggi sesuai dengan jenis perahu yang melakukan pelayaran. Untuk itu, perahu nelayan diminta waspada kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1.25 meter, kapal tongkang waspada terhadap kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5 meter.
Selanjutnya, kapal ferry waspada terhadap kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2.5 meter, dan kapal ukuran besar seperti kapal kargo dan kapal pesiar diminta waspada terhadap kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.
Sebelumnya, pada Minggu (2/6) lalu seorang kru Kapal Raja Cumi 2 dikabarkan menghilang di Laut Jawa sekitar wilayah Kotim. Hal itu baru disadari kru lainnya saat kapal hendak bertolak dari lokasi penambatan untuk berpindah ke lokasi pemancingan. Dugaan sementara, korban yang diketahui bernama Otio Adit Setiawan (26) Lakis warga Jombang.
Kepala Kantor Basarnas Palangka Raya AA. Ketut Alit Supartana memberangkatkan satu SRU (search and rescue unit) dari Pos SAR Sampit menggunakan sarana RIB (Riggit Inflatable Boat) untuk melakukan pencarian.
"Hari ini merupakan hari kedua kami melaksanakan operasi SAR, namun sementara korban belum ditemukan," ungkapnya.
Baca juga: BPBD Kotim bersiap hadapi potensi dua bencana secara bersamaan
Indra Saputra selaku koordinator pada pencarian ini mengatakan titik jatuh korban diperkirakan sekitar 65 mil laut dari Muara Sampit ke arah selatan.
"Kami terus berkoordinasi dengan unsur SAR, dan kami upayakan pencarian sesuai dengan rencana operasi SAR yang telah dibuat, dan semoga korban cepat ditemukan." ucapnya.
Selain itu, Tim SAR Gabungan melakukan pemapelan terhadap kapal-kapal yang berlayar di area tersebut, agar apabila mendapat tanda-tanda keberadaan korban dapat memberikan informasi atau memberikan pertolongan.
Hingga berita ini diterbitkan, korban masih dalam upaya pencarian. Unsur SAR yang terlibat dalam pencarian Tim Rescue Pos SAR Sampit, Pos TNI AL Samuda, KSOP Sampit, serta Nelayan Sekitar.
Baca juga: Bupati Kotim kunjungi korban banjir dan berikan bantuan
Baca juga: DPRD Kotim bahas keluhan terkait perusahaan ikut gunakan jalan warga
Baca juga: Kotim turut gencar bergerak mengakhiri TBC di Indonesia
"Berdasarkan prakiraan kami tinggi gelombang untuk satu pekan kedepan berkisar antara 0,5 hingga 1,5 meter. Selain itu, ada potensi hujan ringan hingga lebat yang dapat disertai angin kencang," kata Prakirawan BMKG Kotim Lyla Affifah di Sampit, Selasa.
Ia menjelaskan, secara umum seluruh wilayah Kalimantan Tengah, khususnya Kotim selama sepekan kedepan berpotensi terjadi pertumbuhan awan konvektif (awan Cumulonimbus) yang dapat menimbulkan hujan intensitas sedang hingga lebat dan angin kencang.
Kondisi ini dapat menambah tinggi gelombang di wilayah pesisir dan perairan selatan Kalimantan Tengah. Sehubungan dengan ini, masyarakat yang berada di wilayah pesisir terutama para nelayan yang beraktivitas di laut agar lebih waspada dan selalu memantau informasi terkait prakiraan cuaca sebelum melaut.
"Masyarakat diharap selalu memantau informasi cuaca melalui aplikasi info BMKG dan instagram BMKG Kotim. Kami selalu update untuk peringatan dini cuaca buruk di aplikasi tersebut," ucap Lyla.
Ia juga menyampaikan, risiko angin kencang dan gelombang tinggi sesuai dengan jenis perahu yang melakukan pelayaran. Untuk itu, perahu nelayan diminta waspada kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1.25 meter, kapal tongkang waspada terhadap kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5 meter.
Selanjutnya, kapal ferry waspada terhadap kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2.5 meter, dan kapal ukuran besar seperti kapal kargo dan kapal pesiar diminta waspada terhadap kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.
Sebelumnya, pada Minggu (2/6) lalu seorang kru Kapal Raja Cumi 2 dikabarkan menghilang di Laut Jawa sekitar wilayah Kotim. Hal itu baru disadari kru lainnya saat kapal hendak bertolak dari lokasi penambatan untuk berpindah ke lokasi pemancingan. Dugaan sementara, korban yang diketahui bernama Otio Adit Setiawan (26) Lakis warga Jombang.
Kepala Kantor Basarnas Palangka Raya AA. Ketut Alit Supartana memberangkatkan satu SRU (search and rescue unit) dari Pos SAR Sampit menggunakan sarana RIB (Riggit Inflatable Boat) untuk melakukan pencarian.
"Hari ini merupakan hari kedua kami melaksanakan operasi SAR, namun sementara korban belum ditemukan," ungkapnya.
Baca juga: BPBD Kotim bersiap hadapi potensi dua bencana secara bersamaan
Indra Saputra selaku koordinator pada pencarian ini mengatakan titik jatuh korban diperkirakan sekitar 65 mil laut dari Muara Sampit ke arah selatan.
"Kami terus berkoordinasi dengan unsur SAR, dan kami upayakan pencarian sesuai dengan rencana operasi SAR yang telah dibuat, dan semoga korban cepat ditemukan." ucapnya.
Selain itu, Tim SAR Gabungan melakukan pemapelan terhadap kapal-kapal yang berlayar di area tersebut, agar apabila mendapat tanda-tanda keberadaan korban dapat memberikan informasi atau memberikan pertolongan.
Hingga berita ini diterbitkan, korban masih dalam upaya pencarian. Unsur SAR yang terlibat dalam pencarian Tim Rescue Pos SAR Sampit, Pos TNI AL Samuda, KSOP Sampit, serta Nelayan Sekitar.
Baca juga: Bupati Kotim kunjungi korban banjir dan berikan bantuan
Baca juga: DPRD Kotim bahas keluhan terkait perusahaan ikut gunakan jalan warga
Baca juga: Kotim turut gencar bergerak mengakhiri TBC di Indonesia