Pembangunan pabrik penggilingan padi berskala besar di Kotim dimulai
Sampit (ANTARA) - Pembangunan pabrik penggilingan padi atau Rice Milling Plant (RMP) berskala besar di Desa Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur yang merupakan bantuan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, resmi dimulai yang ditandai peletakan batu pertama pembangunannya.
“Hari ini kita melaksanakan suatu langkah yang besar dalam mendukung kemajuan sektor pertanian kita, yakni peletakan batu pertama pembangunan RMP di Teluk Sampit,” kata Wakil Bupati Irawati di Desa Lempuyang, Rabu.
Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Tengah Nuryakin didampingi sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) tingkat provinsi. Kegiatan juga disaksikan secara virtual oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah.
Sementara itu, dari Kotim turut hadir Kepala Kejari Sampit, Dandim 1015/Sampit, Staf Ahli Bupati, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kotim, dan lainnya.
Kegiatan diawali dengan mendengarkan arahan secara virtual dari Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah yang menyampaikan bahwa menghadapi situasi iklim yang terus berubah, pihaknya telah melakukan beberapa strategi untuk meningkatkan sektor pertanian Indonesia.
Strategi tersebut adalah pompanisasi pada lahan tadah hujan sekitar satu juta hektare di berbagai wilayah, salah satunya Kalteng. Optimalisasi lahan 400.000 hektare di seluruh wilayah Indonesia dan 81.000 di antaranya berada di Kalteng. Lalu, Program Tumpang Sisip (Tusip) dengan cara penanaman padi gogo dan lahan-lahan perkebunan.
“Dalam hal ini, Kotim siap untuk mendukung program pemerintah pusat. Kami juga berharap pembangunan RMP ini memberikan dampak positif bagi para petani kita,” ucap Irawati.
Senada disampaikan Sekda Kalteng, Nuryakin berharap melalui pembangunan RMP dapat memberikan nilai tambah baik bagi petani, masyarakat maupun pemerintah. Dengan adanya RMP ini, maka Kalteng tak perlu bergantung kepada daerah lain untuk keperluan hilirisasi hasil panen padi.
“Dengan adanya RMP ini kita tak perlu bergantung ke daerah lain, tinggal nanti bagaimana kita memaksimalkan alat ini agar produksi kita semakin meningkat,” demikian Nuryakin.
Baca juga: Polres Kotim siagakan 150 personel untuk pengamanan Lebaran
Diketahui, RMP merupakan rangkaian dari beberapa unit mesin pemroses beras yang bekerja secara otomatis dan terpadu, yang menghasilkan beras berkualitas tinggi sesuai dengan kapasitas.
Pembangunan RMP atau Rice Milling Unit (RMU) ini dilaksanakan di dua tempat, yakni di Desa Lempuyang, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Desa Pantik, Kabupaten Pulang Pisau.
Pembangunan RMP ini merupakan inovasi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, lantaran selama ini hasil panen lokal kerap kali dibawa ke luar daerah untuk proses penggilingan hingga pengemasan yang diberi merek luar daerah, kemudian produk jadi tersebut kembali ke Kalteng dengan harga yang lebih mahal.
Kondisi ini tentu sangat disayangkan, karena semestinya Kalteng dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang ada. Dengan dibangunnya pabrik modern di sentra-sentra produksi padi diharapkan dapat mewujudkan hilirisasi pangan yang tangguh di Kalteng.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kotim Sepnita sebelumnya menyampaikan bahwa pembangunan RMP ditargetkan selesai tahun ini dan pada awal 2025 sudah dapat beroperasi.
“Setelah peletakan batu pertama ini kita langsung menyiapkan fisik lapangan untuk pembangunan RMP. Karena ditargetkan awal tahun depan sudah operasional,” ungkapnya.
Pemkab Kotim telah menyiapkan lahan seluas enam hektare yang merupakan dari hibah pemerintah desa setempat untuk pembangunan RMP. Estimasi anggaran untuk pembangunan pabrik ini mencapai Rp15,3 miliar yang bersumber dari APBN.
Pabrik itu ditargetkan dapat menampung kapasitas penggilingan sebanyak 3,5 hingga 4 ton perjam dan mesin pengering gabah yang mampu menampung kapasitas 30 ton perjam.
Dengan kapasitas demikian, RMP di Desa Lempuyang ini tidak hanya menampung hasil panen di Kotim, tapi juga kabupaten tetangga seperti Katingan dan Seruyan.
Baca juga: Belum ada tambahan penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit jelang Lebaran 2024
Baca juga: KSOP perkirakan 40 persen pemudik sudah bertolak dari Pelabuhan Sampit
Baca juga: Aktivitas jual beli emas di Sampit meningkat
“Hari ini kita melaksanakan suatu langkah yang besar dalam mendukung kemajuan sektor pertanian kita, yakni peletakan batu pertama pembangunan RMP di Teluk Sampit,” kata Wakil Bupati Irawati di Desa Lempuyang, Rabu.
Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Tengah Nuryakin didampingi sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) tingkat provinsi. Kegiatan juga disaksikan secara virtual oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah.
Sementara itu, dari Kotim turut hadir Kepala Kejari Sampit, Dandim 1015/Sampit, Staf Ahli Bupati, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kotim, dan lainnya.
Kegiatan diawali dengan mendengarkan arahan secara virtual dari Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah yang menyampaikan bahwa menghadapi situasi iklim yang terus berubah, pihaknya telah melakukan beberapa strategi untuk meningkatkan sektor pertanian Indonesia.
Strategi tersebut adalah pompanisasi pada lahan tadah hujan sekitar satu juta hektare di berbagai wilayah, salah satunya Kalteng. Optimalisasi lahan 400.000 hektare di seluruh wilayah Indonesia dan 81.000 di antaranya berada di Kalteng. Lalu, Program Tumpang Sisip (Tusip) dengan cara penanaman padi gogo dan lahan-lahan perkebunan.
“Dalam hal ini, Kotim siap untuk mendukung program pemerintah pusat. Kami juga berharap pembangunan RMP ini memberikan dampak positif bagi para petani kita,” ucap Irawati.
Senada disampaikan Sekda Kalteng, Nuryakin berharap melalui pembangunan RMP dapat memberikan nilai tambah baik bagi petani, masyarakat maupun pemerintah. Dengan adanya RMP ini, maka Kalteng tak perlu bergantung kepada daerah lain untuk keperluan hilirisasi hasil panen padi.
“Dengan adanya RMP ini kita tak perlu bergantung ke daerah lain, tinggal nanti bagaimana kita memaksimalkan alat ini agar produksi kita semakin meningkat,” demikian Nuryakin.
Baca juga: Polres Kotim siagakan 150 personel untuk pengamanan Lebaran
Diketahui, RMP merupakan rangkaian dari beberapa unit mesin pemroses beras yang bekerja secara otomatis dan terpadu, yang menghasilkan beras berkualitas tinggi sesuai dengan kapasitas.
Pembangunan RMP atau Rice Milling Unit (RMU) ini dilaksanakan di dua tempat, yakni di Desa Lempuyang, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Desa Pantik, Kabupaten Pulang Pisau.
Pembangunan RMP ini merupakan inovasi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, lantaran selama ini hasil panen lokal kerap kali dibawa ke luar daerah untuk proses penggilingan hingga pengemasan yang diberi merek luar daerah, kemudian produk jadi tersebut kembali ke Kalteng dengan harga yang lebih mahal.
Kondisi ini tentu sangat disayangkan, karena semestinya Kalteng dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang ada. Dengan dibangunnya pabrik modern di sentra-sentra produksi padi diharapkan dapat mewujudkan hilirisasi pangan yang tangguh di Kalteng.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kotim Sepnita sebelumnya menyampaikan bahwa pembangunan RMP ditargetkan selesai tahun ini dan pada awal 2025 sudah dapat beroperasi.
“Setelah peletakan batu pertama ini kita langsung menyiapkan fisik lapangan untuk pembangunan RMP. Karena ditargetkan awal tahun depan sudah operasional,” ungkapnya.
Pemkab Kotim telah menyiapkan lahan seluas enam hektare yang merupakan dari hibah pemerintah desa setempat untuk pembangunan RMP. Estimasi anggaran untuk pembangunan pabrik ini mencapai Rp15,3 miliar yang bersumber dari APBN.
Pabrik itu ditargetkan dapat menampung kapasitas penggilingan sebanyak 3,5 hingga 4 ton perjam dan mesin pengering gabah yang mampu menampung kapasitas 30 ton perjam.
Dengan kapasitas demikian, RMP di Desa Lempuyang ini tidak hanya menampung hasil panen di Kotim, tapi juga kabupaten tetangga seperti Katingan dan Seruyan.
Baca juga: Belum ada tambahan penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit jelang Lebaran 2024
Baca juga: KSOP perkirakan 40 persen pemudik sudah bertolak dari Pelabuhan Sampit
Baca juga: Aktivitas jual beli emas di Sampit meningkat