Kuala Kurun (ANTARA) - Petani padi di Kelurahan Tewah, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, telah berhasil memproduksi beras kemasan dengan merek ‘Ketapang Gaya’, yang diambil dari nama Program Kemitraan Ketahanan Pangan Gunung Mas Jaya.
Sekretaris Koperasi Sumber Pangan Gunung Mas Heriyanto saat dihubungi dari Kuala Kurun, Senin, mengatakan beras Ketapang Gaya dipatok dengan harga Rp16 ribu per kilogram.
“Beras Ketapang Gaya memiliki tiga kemasan, yakni kemasan 3 kilogram, 5 kilogram dan 10 kilogram,” sambung dia.
Pemerintah Kabupaten Gunung Mas melakukan inovasi untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang biasa dihadapi para petani jagung dan padi, khususnya dalam hal sumber daya ekonomi atau permodalan.
Inovasi yang dimaksud yakni Program Kemitraan Ketahanan Pangan Gunung Mas Jaya atau biasa disingkat Ketapang Gaya. Program ini melibatkan peran serta berbagai pihak, dengan konsep kemitraan antara pemerintah, perbankan, koperasi dan petani.
Pada program ini, pemkab memberikan stimulan berupa subsidi bunga pinjaman 100 persen, perbankan yakni Bank Kalteng sebagai lembaga keuangan yang menyalurkan kredit usaha, di mana pembayaran kredit dilakukan setelah panen.
Kemudian Koperasi Sumber Pangan Gunung Mas, sebagai penerima mandat untuk melaksanakan usaha budi daya jagung dan padi, lalu petani sebagai pemilik lahan sekaligus penerima manfaat ekonomi dan alih pengetahuan atau teknologi.
Baca juga: Herson B Aden resmi dilantik sebagai Pj Bupati Gunung Mas
Target pelaksanaan program Ketapang Gaya tahun 2023 yakni pengembangan komoditas padi sawah seluas 25 hektare di Kelurahan Tewah dan jagung hibrida seluas 75 hektare di Desa Tanjung Riu Kecamatan Kurun.
Untuk realisasi pertanaman pada musim tanam pertama komoditas padi di sawah Sekata Tewah seluas 18 hektare dan jagung hibrida di Tanjung Riu seluas 30 hektare.
Ada lima kelompok tani yang terlibat dalam pengembangan tanaman padi di Tewah, dengan target pengembangan seluas 25 hektare dan telah terealisasi 18 hektare, dengan menggunakan bibit padi hibrida varietas Supadi dan padi inbrida varietas Cakrabuana.
Berdasarkan hasil pengukuran produksi melalui proses ubinan swakarsa, diperoleh hasil produktivitas padi hibrida varietas Supadi sebesar 1,5 – 2,5 ton per hektare, sedangkan padi inbrida varietas Cakrabuana sebesar 1– 2 ton per hektare.
Sebagian lahan sudah dipanen oleh Wakil Bupati Gunung Mas Efrensia LP Umbing dan para pemangku kepentingan lainnya pada Sabtu (18/5). Selanjutnya hasil panen diolah di unit penggilingan padi modern atau rice milling unit (RMU) sampai menghasilkan beras kemasan dengan merek Ketapang Gaya.
Sejauh ini panen padi terus dilakukan. Beras merek Ketapang Gaya juga sudah dipesan oleh perusahaan besar swasta (PBS) yang beroperasi di wilayah Gunung Mas.
“Bagi masyarakat yang ingin membeli beras Ketapang Gaya bisa menghubungi unit padi di Tewah. Namun produksinya memang masih sedikit karena panen belum selesai,” demikian Herianto.
Baca juga: Pemkab Gunung Mas salurkan bantuan peralatan olahraga
Baca juga: Bupati Gumas serahkan SK penetapan plasma sawit dua perusahaan
Baca juga: Bupati Gumas ingatkan panwaslu kecamatan jaga integritas