Sampit (ANTARA) - Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Marudin mengingatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama satgas jangan sampai lengah dalam mengawasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Dalam sebulan terakhir cuaca lebih dominan panas, walaupun sesekali masih ada hujan. Untuk itu, kami mengingatkan kepada BPBD dan lintas sektoral jangan sampai lengah terhadap karhutla,” kata Marudin di Sampit, Minggu.
Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menuturkan, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa Kotim sudah mulai memasuki musim kemarau pada Agustus.
Namun, di sisi lain hujan sesekali masih turun, khususnya di wilayah Kota Sampit. Kondisi seperti ini jangan sampai mengecoh terhadap potensi karhutla yang ada. Upaya antisipasi dan kesiagaan tetap harus dilaksanakan.
Misalnya dengan melakukan sosialisasi langsung kepada warga, terkait dampak dari karhutla dan ancaman hukuman pidana bagi yang melanggar.
“Kita harus selalu siaga akan terjadinya titik api, sehingga karhutla di Kotim dapat ditangani dengan baik,” ucapnya.
Kendati demikian, Marudin juga menyampaikan apresiasi kepada BPBD dan anggota satgas penanggulangan bencana karhutla atas upaya yang dilakukan selama ini. Seperti karhutla yang terjadi di Desa Sungai Paring, Kecamatan Cempaga yang sempat mengancam salah satu objek vital, berupa tower sutet.
Baca juga: Kemenag Kotim tanamkan rasa cinta tanah air kepada anak-anak
Setelah kurang lebih 11 jam berjuang tim gabungan tersebut berhasil memadamkan api dan menyelamatkan tower sutet yang mendistribusikan listrik ke lima kabupaten di wilayah selatan Kalimantan Tengah.
“Sebelas jam berjuang memadamkan api tentunya bukan sesuatu yang mudah, untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada para petugas. Semoga selalu diberikan kesehatan dan keselamatan dalam melaksanakan tugas di lapangan,” demikian Marudin.
Sebelumnya, Prakirawan BMKG Kotim melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit Rahmat Wahidin Abdi menyampaikan bahwa dibandingkan tahun sebelumnya durasi kemarau tahun ini diperkirakan lebih pendek dan tingkat kekeringannya lebih rendah.
Hal ini juga disampaikan dalam paparan Kepala BMKG Pusat, bahwa saat ini fenomena El Nino yang mempengaruhi musim kemarau telah berakhir dan memasuki fenomena La Nina.
Sementara pada 2023 lalu, fenomena El Nino aktif sehingga memperkuat dampak musim kemarau, sedangkan saat ini wilayah Indonesia sudah berada pada posisi netral dan menuju fenomena La Nina yang identik dengan curah hujan yang tinggi.
”Jadi, kalau musim kemarau dipadukan dengan La Nina akan terjadi suatu kondisi yang orang awam biasanya menyebutnya sebagai kemarau basah, meskipun musim kemarau tetap ada hujan,” jelas Abdi.
Ia menambahkan, untuk awal dan puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus, kemudian berangsur-angsur menurun hingga Oktober. Tingkat kekeringan lebih dominan di wilayah selatan lalu tengah Kotim, adapun wilayah utara masih ada hujan. Bahkan, diperkirakan wilayah utara akan mengalami musim hujan sepanjang tahun.
Baca juga: Disdik Kotim sebut kenaikan pangkat guru dipengaruhi PMM
Baca juga: Jemaat di Sampit gelar ibadah syukur kemerdekaan
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab mendata cagar budaya
Berita Terkait
Agustiar ingin percepatan pembangunan Kalteng dimulai dari desa
Kamis, 19 September 2024 6:59 Wib
Lolos seleksi administrasi, 2.552 pelamar bersaing untuk kuota 255 CPNS Kotim
Kamis, 19 September 2024 5:23 Wib
DPRD Kotim apresiasi Drumband Kalteng raih medali emas di PON XXI
Kamis, 19 September 2024 5:14 Wib
Tinjau lokasi kebakaran, Wabup Kotim salurkan bantuan darurat
Kamis, 19 September 2024 5:04 Wib
Begini upaya Pemkab Kotim meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat
Rabu, 18 September 2024 23:15 Wib
Disdik Kotim gelar lokakarya untuk calon guru penggerak
Rabu, 18 September 2024 19:10 Wib
KPU Kotim rekrut 4.669 KPPS Pilkada 2024
Rabu, 18 September 2024 6:49 Wib
Temui warga, Wabup Kotim pastikan penyaluran sembako tepat sasaran
Rabu, 18 September 2024 6:39 Wib