Pulang Pisau (ANTARA) - Anggota Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Tengah Nyelong Inga Simon mengungkapkan dalam reses perseorangan masa persidangan pertama ini ada empat poin utama yang dijadikan sebagai bahan evaluasi yakni program tanam cabai bebas inflasi, stop stunting, matrikulasi, dan pola asuh keluarga.
“Empat poin ini merupakan hasil dari proses reses pertama dan kedua sebelumnya yang kini dilanjutkan dalam bentuk pendataan, penguatan jejaring, serta evaluasi langsung terhadap pelaksanaan program di masyarakat,” kata Nyelong Inga Simon di Pulang Pisau, Jum'at.
Nyelong menjelaskan, dalam reses ketiga ini dirinya lebih fokus terhadap pendataan, khususnya mengenai distribusi cabai dalam program bebas inflasi, stop stunting yang telah disosialisasikan pada reses kedua, serta survei kelembagaan dari reses pertama.
“Data yang kami butuhkan terkait distribusi cabai untuk program bebas inflasi dan stop stunting,” jelasnya.
Reses ketiga ini, paparnya, menargetkan pendataan terhadap 5.000 Kartu Keluarga di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau.
Ia menambahkan, untuk wilayah Pulang Pisau sendiri targetnya mencapai 5.250 keluarga, dan seluruh tanaman cabai jenis Taji Manuk Jagau telah mulai disebarkan kepada masyarakat untuk mendukung ketahanan pangan dan pengendalian inflasi daerah.
“Melalui pendekatan tanam cabai ini masyarakat dapat terlibat langsung, ” ucapnya.
Ia menegaskan, melalui penanaman 10 batang cabai jenis Taji Manuk Jagau dalam satu keluarga, masyarakat dapat menekan pengeluaran rumah tangga sekaligus memperoleh penghasilan tambahan dari hasil panennya.
“Tanam 10 batang cabai bisa mengurangi pengeluaran, bahkan menghasilkan uang, karena cabai ini bisa produktif hingga lima tahun,” ucapnya.
Dia mengatakan dari hasil tersebut, masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan lain sehingga membantu menekan angka stunting dengan meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui kemandirian ekonomi berbasis pertanian.
Dirinya juga melakukan penelusuran untuk mendata jumlah keluarga prasejahtera yang belum memiliki anggota keluarga bergelar sarjana sebagai indikator keberhasilan program.
“Jumlah keluarga prasejahtera tanpa sarjana agar bisa disesuaikan dengan target peningkatan pendidikan dalam setiap rumah tangga,” jelasnya.
Baca juga: Legislator Kalteng sebut pola asuh jadi faktor pemicu stunting
Selain itu, terang dia, reses juga difokuskan pada pendataan anak usia 15 hingga 35 tahun sebagai kelompok produktif yang rentan terhadap penyalahgunaan teknologi, kurang tidur, hingga penggunaan obat terlarang dan judi online.
“Kita mendata anak usia 15 sampai 35 tahun yang energinya besar, namun sering salah arah, seperti terlalu banyak bermain handphone, kurang belajar, dan bahkan terjerumus ke hal negatif,” tegasnya.
Pendataan ini dilakukan untuk menentukan langkah matrikulasi berdasarkan potensi diri anak-anak muda, dengan melibatkan kegiatan olahraga, serta pelatihan komunikasi dan kemandirian ekonomi produktif.
“Tujuannya agar anak-anak ini memiliki kepercayaan diri dan mampu mengembangkan potensi ekonomi produktif yang berkelanjutan di tengah kemajuan zaman,” katanya.
Ketua Lembaga Perempuan Dayak Kabupaten Pulang Pisau Andriani mengatakan kegiatan tersebut merupakan kelanjutan dari reses sebelumnya yang disertai penyerahan bibit cabai kepada kelompok perempuan dan PKK di sejumlah wilayah, terutama di Kecamatan Kahayan Hilir.
“Kami ingin melihat sejauh mana progresnya karena ini berkaitan dengan kesiapan kita menyongsong agenda besar penutup tahun nanti,” katanya.
Selain menjadi bagian dari upaya mendukung ketahanan pangan keluarga, Andriani menambahkan hasil dari program penanaman cabai ini terhubung dengan kegiatan pesta rakyat akhir tahun.
Ia menjelaskan alam kegiatan tersebut, pihaknya berencana menampilkan pertunjukan kebudayaan serta memperkenalkan tradisi kuliner khas Dayak bernama Panginan Sukup Simpan yang memiliki makna kebersamaan dalam satu wadah sajian.
Tidak hanya itu, Lembaga Perempuan Dayak Pulang Pisau juga menggelar Lomba Goyang Borneo, sebuah seni gerak tradisional yang memadukan unsur tari dan olahraga, hasil pengembangan Lembaga Perempuan Dayak Nasional.
“Kegiatan ini diharapkan menjadi ruang aktualisasi dan pelestarian budaya Dayak, terutama bagi perempuan generasi kini,” tutur Andriani.
Ia menegaskan perempuan Dayak memiliki peran penting sebagai penjaga budaya sekaligus motor penggerak ketahanan pangan keluarga.
“Menanam cabai bukan sekadar kegiatan bercocok tanam, tapi bagian dari kemandirian rumah tangga dan identitas masyarakat. Ketahanan pangan dimulai dari rumah, perempuan adalah tiangnya,” demikian Andriani.
Baca juga: Kejari-PWI Pulang Pisau kolaborasi kegiatan peduli sosial
Baca juga: Pemkab Pulang Pisau optimalkan PAD perkebunan dan kehutanan
Baca juga: Bupati Pulang Pisau apresaisi bantuan kendaraan persampahan dari pemprov
