Memudahkan pendampingan, warga lokal Kalteng diimbau berladang menetap
Palangka Raya (ANTARA) - Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Tengah Natalia mengimbau sekaligus mengajak warga lokal di provinsi setempat, lebih fokus berladang di satu lahan atau menetap, agar memudahkan pemerintah melakukan pendampingan.
Berladang secara menetap itu juga membuat pengelolaannya dapat lebih berkelanjutan dan hasilnya lebih optimal dibandingkan berpindah-pindah, kata Natalia di Palangka Raya, kemarin.
"Kalau tidak menetap atau masih berladang secara berpindah-pindah, tentunya akan membuka baru lagi saat akan ditanami. Itulah kami mengimbau berladang secara menetap," tambahnya.
Wakil rakyat Kalteng dari daerah pemilihan I meliputi Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Gunung Mas itu mengakui, berladang berpindah-pindah sudah dilakukan secara turun-temurun oleh warga lokal provinsi ini. Hanya saja, menurut dirinya pola seperti itu sudah kurang tepat di masa sekarang ini.
Natalia mengatakan, berladang secara berpindah-pindah itu bukan hanya membuat pengelolaannya menjadi kurang optimal, namun juga menyulitkan pemerintah dalam mendampingi dan menyalurkan bantuan. Apalagi sekarang ini pola pemberian bantuan kepada petani, termasuk peladang, harus berkelompok dan tidak bisa perorangan.
"Harus kita akui berladang secara menetap dan berkelompok, dapat memudahkan pemerintah melalui dinas terkait untuk melakukan pembinaan dan penyaluran bantuan," ucapnya.
Baca juga: Generasi muda di Kalteng harus lebih menguasai teknologi
Politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) itu juga mengimbau masyarakat Kalteng, agar tidak sembarangan membakar lahan di musim kemarau seperti sekarang ini. Sebab, dampak dari membakar lahan secara sembarangan itu dapat membuat bencana kabut asap yang justru merugikan semua pihak.
Dia mengatakan, membuka lahan untuk bertani atau berladang sama sekali tidak dilarang, bahkan didorong oleh pemerintah. Hanya, membuka lahan tersebut dilakukan secara benar, dan tetap memperhatikan lingkungan.
"Jangan sampai menimbulkan kebakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali. Dampaknya sangat besar bagi kesehatan, perekonomian dan sektor lainnya," demikian Natalia.
Baca juga: Legislator Kalteng minta pemda stabilkan harga daging ayam
Baca juga: DPRD Kalteng siap dukung penambahan anggaran penanggulangan karhutla
Baca juga: Prioritaskan menimbun jalan berlubang di sepanjang Simpang Runtu-Nanga Bulik
Berladang secara menetap itu juga membuat pengelolaannya dapat lebih berkelanjutan dan hasilnya lebih optimal dibandingkan berpindah-pindah, kata Natalia di Palangka Raya, kemarin.
"Kalau tidak menetap atau masih berladang secara berpindah-pindah, tentunya akan membuka baru lagi saat akan ditanami. Itulah kami mengimbau berladang secara menetap," tambahnya.
Wakil rakyat Kalteng dari daerah pemilihan I meliputi Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Gunung Mas itu mengakui, berladang berpindah-pindah sudah dilakukan secara turun-temurun oleh warga lokal provinsi ini. Hanya saja, menurut dirinya pola seperti itu sudah kurang tepat di masa sekarang ini.
Natalia mengatakan, berladang secara berpindah-pindah itu bukan hanya membuat pengelolaannya menjadi kurang optimal, namun juga menyulitkan pemerintah dalam mendampingi dan menyalurkan bantuan. Apalagi sekarang ini pola pemberian bantuan kepada petani, termasuk peladang, harus berkelompok dan tidak bisa perorangan.
"Harus kita akui berladang secara menetap dan berkelompok, dapat memudahkan pemerintah melalui dinas terkait untuk melakukan pembinaan dan penyaluran bantuan," ucapnya.
Baca juga: Generasi muda di Kalteng harus lebih menguasai teknologi
Politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) itu juga mengimbau masyarakat Kalteng, agar tidak sembarangan membakar lahan di musim kemarau seperti sekarang ini. Sebab, dampak dari membakar lahan secara sembarangan itu dapat membuat bencana kabut asap yang justru merugikan semua pihak.
Dia mengatakan, membuka lahan untuk bertani atau berladang sama sekali tidak dilarang, bahkan didorong oleh pemerintah. Hanya, membuka lahan tersebut dilakukan secara benar, dan tetap memperhatikan lingkungan.
"Jangan sampai menimbulkan kebakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali. Dampaknya sangat besar bagi kesehatan, perekonomian dan sektor lainnya," demikian Natalia.
Baca juga: Legislator Kalteng minta pemda stabilkan harga daging ayam
Baca juga: DPRD Kalteng siap dukung penambahan anggaran penanggulangan karhutla
Baca juga: Prioritaskan menimbun jalan berlubang di sepanjang Simpang Runtu-Nanga Bulik