Muara Teweh (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Barito Utara, Kalimantan Tengah, mengoptimalkan program Perkarangan Pangan Lestari (P2L) sebagai solusi untuk menstabilkan harga cabai rawit yang mengalami fluktuasi tinggi sejak awal hingga pertengahan Ramadhan.
"Fluktuasi harga cabai rawit yang terjadi di pasar lokal dinilai cukup signifikan dan berpotensi membebani masyarakat, terutama saat kebutuhan konsumsi meningkat selama Ramadhan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Barito Utara Siswandoyo di Muara Teweh, Jumat.
Menurut dia, program P2L dapat menjadi solusi jangka panjang dalam menjaga ketersediaan cabai rawit dan komoditas pangan lainnya di tingkat rumah tangga.
P2L, katanya, adalah upaya untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. Dengan menggiatkan program ini, diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan cabai dan bahan pangan lainnya secara mandiri, sehingga ketergantungan pada pasokan pasar bisa dikurangi.
"Selain itu meningkatkan ketahanan pangan keluarga, program P2L juga bertujuan untuk menekan laju inflasi daerah akibat kenaikan harga bahan pokok, termasuk cabai rawit," kata dia.
Dia mengatakan, melalui P2L masyarakat didorong untuk menanam cabai, sayuran, dan tanaman pangan lainnya di pekarangan rumah masing-masing dengan dukungan dari DKPP berupa penyediaan bibit, pupuk, dan pelatihan teknis.
“Dengan langkah ini, diharapkan fluktuasi harga cabai rawit dapat dikendalikan, sekaligus meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Barito Utara,” kata Siswandoyo.
Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di Muara Teweh cenderung mengalami kenaikan dari awal Ramadhan sekitar Rp140.000 per kilogram kini naik menjadi Rp150.000/Kg.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Barito Utara Hery Jhon Setiawan mengatakan pemerintah daerah saat ini berupaya meningkatkan produksi dan usaha tani komoditas cabai besar dan rawit sebagai penyedia pangan dan membuka lapangan kerja bagi para pemuda dan masyarakat perdesaan.
"Sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman hortikultura memegang peranan penting dan strategis dalam membangun perekonomian di daerah ini," katanya.
Menurut dia jumlah bibit yang ditanam pada kegiatan tanam bersama yaitu untuk cabai besar sebanyak 5.000 bibit dan cabai rawit sebanyak 1.500 bibit yang ditanam pada luas lahan kurang dari 1 hektare dengan potensi produksi cabai besar sebanyak 10 ton per hektare dan potensi produksi cabai rawit sebesar 5-7 ton/hektare.
Dalam rapat tim pengendali inflasi daerah, katanya, beberapa komoditas hortikultura juga berkontribusi dalam pembentukan (IPH) indeks perkembangan harga salah satunya komoditas cabai.
"Saya mengharapkan kepada seluruh instansi terkait dan para insan pertanian agar berperan aktif untuk terus mengawal program pembangunan pertanian supaya bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan yaitu swasembada pangan serta dapat mengendalikan inflasi," kata Muhlis.
Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Muara Teweh, pada awal Ramadhan sekitar Rp140.000 per kilogram dan saat ini mengalami kenaikan menjadi Rp150 ribu/Kg.