Bupati Kotim soroti kenaikan harga beras
Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Halikinnor melakukan inspeksi mendadak ke Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit dan menemukan kenaikan harga beras yang cukup tinggi sehingga perlu dicarikan solusinya.
"Secara umum harga stabil. Ada bawang putih naik, tapi informasinya hari ini barangnya datang sehingga besok diperkirakan harga sudah normal. Yang naik harganya ini beras, khususnya beras dari Jawa," kata Halikinnor di Sampit, Kamis.
Halikinnor blusukan ke PPM Sampit dan Pasar Ikan Mentaya yang lokasinya berdampingan. Dia datang bersama Sekretaris Daerah Fajrurrahman dan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Zulhaidir.
Dia berbincang dengan sejumlah pedagang untuk mengetahui perkembangan harga, stok, serta pasokan bahan pangan. Pemantauan ini penting untuk menjaga stok serta kestabilan harga bahan pokok.
Peninjauan ini sebagai langkah awal mengantisipasi lonjakan harga pangan menjalan bulan suci Ramadhan. Tujuannya agar bisa segera diambil tindakan jika ada komoditas yang mulai mengalami kenaikan harga signifikan.
Beberapa komoditas yang dipantau di antaranya telur, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, ayam potong, daging sapi, melinjo, beras dan lainnya.
Halikinnor menyebut, secara umum harga bahan pokok masih stabil. Jika pun ada kenaikan harga, dia menilai hal itu masih dalam batas kewajaran.
Hanya kenaikan harga beras yang menjadi perhatian, yaitu beras lokal dan beras premium kemasan yang didatangkan dari Pulau Jawa. Beras lokal menghasilkan nasi pera atau karau, sedangkan beras Jawa menghasilkan nasi pulen.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan percontohan pemerintahan desa bersih di setiap kecamatan
Beras lokal kini harganya berkisar Rp18.000 lebih per kilogram, padahal sebelumnya di bawah Rp15.000 per kilogram. Sementara itu beras Jawa juga mengalami kenaikan berkisar Rp2000 hingga Rp4.000 lebih per kilogramnya.
Menurut pedagang, kenaikan ini terjadi sejak sebulan terakhir. Pedagang juga mengeluhkan tidak adanya pasokan beras dari Bulog, padahal beras tersebut diminati masyarakat.
Menyikapi situasi ini, Halikinnor memerintahkan Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk berkoordinasi dengan agen dan instansi terkait untuk mengetahui penyebab kenaikan harga beras, apakah akibat faktor transportasi dari Jawa atau ada sebab lain.
"Kalau beras dari Bulog itu karena saat ini mereka fokus memasok ke pasar penyeimbang yang rutin digelar bersama pemerintah daerah untuk menekan inflasi. Tetapi kenaikan harga beras ini menjadi perhatian kami dan akan ditindaklanjuti," ujar Halikinnor.
Kenaikan harga beras menjadi salah satu penyumbang inflasi di Sampit. Selain itu, sangat ironis jika harga beras tinggi padahal Kotawaringin Timur merupakan daerah penghasil dan surplus beras.
Sementara itu Ria, salah seorang pedagang mengatakan, fluktuasi harga sangat tergantung dengan pasokan, apalagi sebagian didatangkan dari luar daerah. Jika pasokan lancar dan stok mencukupi, dia yakin lonjakan harga bisa dikendalikan.
"Kami pedagang ini kan hanya menyesuaikan harga. Kalau di agen naik, kami juga menyesuaikan. Kami tidak bisa juga menaikkan harga terlalu tinggi karena tidak laku dan itu akhirnya merugikan kami juga. Yang penting jaga pasokan agar tetap lancar," demikian Ria.
Baca juga: Desa-desa di Tualan Hulu bersemangat optimalkan digitalisasi meski internet terbatas
Baca juga: DPRD Kalteng lakukan monitoring ke sejumlah PBS di Kotim
Baca juga: Puluhan ribu UMKM di Kotim tetap tumbuh di tengah pandemi
"Secara umum harga stabil. Ada bawang putih naik, tapi informasinya hari ini barangnya datang sehingga besok diperkirakan harga sudah normal. Yang naik harganya ini beras, khususnya beras dari Jawa," kata Halikinnor di Sampit, Kamis.
Halikinnor blusukan ke PPM Sampit dan Pasar Ikan Mentaya yang lokasinya berdampingan. Dia datang bersama Sekretaris Daerah Fajrurrahman dan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Zulhaidir.
Dia berbincang dengan sejumlah pedagang untuk mengetahui perkembangan harga, stok, serta pasokan bahan pangan. Pemantauan ini penting untuk menjaga stok serta kestabilan harga bahan pokok.
Peninjauan ini sebagai langkah awal mengantisipasi lonjakan harga pangan menjalan bulan suci Ramadhan. Tujuannya agar bisa segera diambil tindakan jika ada komoditas yang mulai mengalami kenaikan harga signifikan.
Beberapa komoditas yang dipantau di antaranya telur, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, ayam potong, daging sapi, melinjo, beras dan lainnya.
Halikinnor menyebut, secara umum harga bahan pokok masih stabil. Jika pun ada kenaikan harga, dia menilai hal itu masih dalam batas kewajaran.
Hanya kenaikan harga beras yang menjadi perhatian, yaitu beras lokal dan beras premium kemasan yang didatangkan dari Pulau Jawa. Beras lokal menghasilkan nasi pera atau karau, sedangkan beras Jawa menghasilkan nasi pulen.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan percontohan pemerintahan desa bersih di setiap kecamatan
Beras lokal kini harganya berkisar Rp18.000 lebih per kilogram, padahal sebelumnya di bawah Rp15.000 per kilogram. Sementara itu beras Jawa juga mengalami kenaikan berkisar Rp2000 hingga Rp4.000 lebih per kilogramnya.
Menurut pedagang, kenaikan ini terjadi sejak sebulan terakhir. Pedagang juga mengeluhkan tidak adanya pasokan beras dari Bulog, padahal beras tersebut diminati masyarakat.
Menyikapi situasi ini, Halikinnor memerintahkan Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk berkoordinasi dengan agen dan instansi terkait untuk mengetahui penyebab kenaikan harga beras, apakah akibat faktor transportasi dari Jawa atau ada sebab lain.
"Kalau beras dari Bulog itu karena saat ini mereka fokus memasok ke pasar penyeimbang yang rutin digelar bersama pemerintah daerah untuk menekan inflasi. Tetapi kenaikan harga beras ini menjadi perhatian kami dan akan ditindaklanjuti," ujar Halikinnor.
Kenaikan harga beras menjadi salah satu penyumbang inflasi di Sampit. Selain itu, sangat ironis jika harga beras tinggi padahal Kotawaringin Timur merupakan daerah penghasil dan surplus beras.
Sementara itu Ria, salah seorang pedagang mengatakan, fluktuasi harga sangat tergantung dengan pasokan, apalagi sebagian didatangkan dari luar daerah. Jika pasokan lancar dan stok mencukupi, dia yakin lonjakan harga bisa dikendalikan.
"Kami pedagang ini kan hanya menyesuaikan harga. Kalau di agen naik, kami juga menyesuaikan. Kami tidak bisa juga menaikkan harga terlalu tinggi karena tidak laku dan itu akhirnya merugikan kami juga. Yang penting jaga pasokan agar tetap lancar," demikian Ria.
Baca juga: Desa-desa di Tualan Hulu bersemangat optimalkan digitalisasi meski internet terbatas
Baca juga: DPRD Kalteng lakukan monitoring ke sejumlah PBS di Kotim
Baca juga: Puluhan ribu UMKM di Kotim tetap tumbuh di tengah pandemi