Pemkab Kotim akhirnya mampu atasi krisis air bersih di wilayah selatan
Sampit (ANTARA) - Masyarakat di wilayah selatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah akhirnya bisa merasakan fasilitas air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM), sekaligus menjadi solusi penanganan krisis air bersih yang sering melanda setiap kemarau.
“Alhamdulillah, dengan masuknya PDAM ini tentu kami senang. Kalau sebelumnya kami mengandalkan air sumur dan parit untuk keperluan mandi dan mencuci, sekarang tidak lagi,” kata salah seorang warga, Warno di Desa Sei Ijum Raya Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Minggu.
Pemkab Kotim melalui Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan (DCKTRP) dan Perumdam Tirta Mentaya telah melakukan pemasangan sambungan rumah (SR) air bersih di dua kecamatan di wilayah selatan Kotim, yakni Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit dengan anggaran senilai Rp145.750.000.
Jumlah yang telah mendapat SR air bersih sebanyak 310 rumah, meliputi 227 rumah di Desa Parebok dan 83 rumah di Desa Sei Ijum Raya. Selain itu, ada 220 rumah yang sudah dilakukan pendataan, tapi karena kondisinya masih belum berfungsi sehingga perlu penggantian jaringan pipa dan meteran.
Sebagai warga penerimaan manfaat, Warno mengaku senang sebab setelah beberapa dekade akhirnya ia maupun masyarakat di desanya bisa merasakan fasilitas air bersih. Pasalnya, selama ini mereka mengandalkan air hujan untuk keperluan konsumsi, sedangkan untuk mencuci dan mandi menggunakan air sumur dan parit.
Sebelum bisa digunakan air sumur dan parit harus diberikan zat kimia atau warga setempat menyebutnya obat air lalu dibiarkan semalaman supaya kotoran di dalamnya bisa mengendap ke dasar. Baru setelah itu air bisa digunakan untuk mandi dan mencuci.
“Meski sudah diproses seperti itu airnya juga tidak sepenuhnya bersih, berbeda dengan air PDAM. Apalagi, kalau sudah musim kemarau, sumur akan kering dan kami harus menggunakan pompa air untuk menyedot air dari parit,” ujarnya.
Kondisi lebih parah saat kemarau karena air bersih semakin sulit didapat karena sumur kering, sedangkan air sungai menjadi payau akibat intrusi air laut. Krisis air bersih seperti ini terjadi setiap musim kemarau sehingga bergantung pada pasokan air bersih bantuan pemerintah melalui mobil tangki air dari Sampit.
Baca juga: Cuti jelang pilkada, posisi Bupati Kotim akan digantikan pejabat sementara
Kini setelah kurang lebih satu bulan merasakan aliran PDAM, Warno merasakan perbedaan yang nyata. Disamping lebih praktis, menurutnya air PDAM terasa lebih bersih dibandingkan air yang sudah diberikan obat namun terkadang masih menyisakan rasa lengket.
Warno berharap ke depannya distribusi PDAM ke wilayahnya berjalan lancar, sehingga masyarakat tidak perlu repot mencari air bersih, terutama pada musim kemarau.
Sehubungan dengan itu, Bupati Kotim Halikinnor melakukan peresmian dan penyerahan serta penandatanganan berita acara serah terima SR air bersih kepada masyarakat Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
“Alhamdulillah, kita bersama-sama meresmikan penggunaan SR air bersih PDAM di dua kecamatan. Mudah-mudahan dengan program ini masyarakat wilayah selatan yang selama ini menghadapi permasalahan berkepanjangan terkait air bersih bisa terbantu,” ucapnya.
Halikinnor menyebutkan, air bersih merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut diperlukan sistem penyediaan air bersih yang berkualitas, sehat, efisien dan efektif, terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya sehingga masyarakat dapat hidup sehat dan produktif.
Secara geografi wilayah selatan Kotim, yaitu Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut merupakan daerah pesisir pantai sehingga pada musim kemarau sering kali air sungai atau air bawah tanah yang merupakan sumber air masyarakat setempat mengalami intrusi air laut.
Baca juga: Begini upaya DAD Kotim ajak generasi muda lestarikan seni dan budaya
“Kondisi itu menyebabkan air sungai maupun air sumur yang menjadi sumber air masyarakat di wilayah tersebut berubah menjadi asin, yang mengakibatkan masyarakat kekurangan pasokan air bersih,” bebernya.
Untuk itu, pemasangan SR ini merupakan wujud komitmen pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan menjadi solusi bagi masyarakat yang sering mengalami kekurangan air bersih saat musim kemarau.
Selain dua kecamatan tersebut, pihaknya juga tengah mengupayakan masuknya PDAM ke Kecamatan Pulau Hanaut, salah satu kecamatan di wilayah selatan yang juga sering terkendala air bersih.
Namun, karena lokasi kecamatan itu berada di seberang Sungai Mentaya, maka pemerintah harus memutar otak agar PDAM bisa masuk ke wilayah tersebut.
“Untuk Kecamatan Pulau Hanaut sedang kami cari jalan keluarnya, apakah didirikan PDAM sendiri atau pemasangan SR dari Kecamatan Seranau. Mudah-mudahan bisa segera terlaksana,” ujarnya.
Ia juga berharap dengan terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat bisa berdampak pada penurunan angka stunting. Sebab, salah satu penyebab stunting adalah kualitas air yang buruk dan kekurangan gizi. Hal itu pula menyebabkan sejumlah anak di wilayah selatan mengalami stunting.
“Pemenuhan air bersih ini utamanya untuk kebutuhan masyarakat, tapi disamping itu kita berharap juga berdampak pada penurunan angka stunting. Makanya kami berupaya semaksimal mungkin supaya semua bisa teraliri PDAM,” demikian Halikinnor.
Baca juga: Tabligh Akbar di Kotim, UAS ajak masyarakat wujudkan Pilkada damai
Baca juga: Musda BKPRMI Kotim diharap hasilkan pemimpin siap bekerja
Baca juga: Partisipasi Rudini-Paisal di Pilkada Kotim wakili aspirasi kaum muda
“Alhamdulillah, dengan masuknya PDAM ini tentu kami senang. Kalau sebelumnya kami mengandalkan air sumur dan parit untuk keperluan mandi dan mencuci, sekarang tidak lagi,” kata salah seorang warga, Warno di Desa Sei Ijum Raya Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Minggu.
Pemkab Kotim melalui Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan (DCKTRP) dan Perumdam Tirta Mentaya telah melakukan pemasangan sambungan rumah (SR) air bersih di dua kecamatan di wilayah selatan Kotim, yakni Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit dengan anggaran senilai Rp145.750.000.
Jumlah yang telah mendapat SR air bersih sebanyak 310 rumah, meliputi 227 rumah di Desa Parebok dan 83 rumah di Desa Sei Ijum Raya. Selain itu, ada 220 rumah yang sudah dilakukan pendataan, tapi karena kondisinya masih belum berfungsi sehingga perlu penggantian jaringan pipa dan meteran.
Sebagai warga penerimaan manfaat, Warno mengaku senang sebab setelah beberapa dekade akhirnya ia maupun masyarakat di desanya bisa merasakan fasilitas air bersih. Pasalnya, selama ini mereka mengandalkan air hujan untuk keperluan konsumsi, sedangkan untuk mencuci dan mandi menggunakan air sumur dan parit.
Sebelum bisa digunakan air sumur dan parit harus diberikan zat kimia atau warga setempat menyebutnya obat air lalu dibiarkan semalaman supaya kotoran di dalamnya bisa mengendap ke dasar. Baru setelah itu air bisa digunakan untuk mandi dan mencuci.
“Meski sudah diproses seperti itu airnya juga tidak sepenuhnya bersih, berbeda dengan air PDAM. Apalagi, kalau sudah musim kemarau, sumur akan kering dan kami harus menggunakan pompa air untuk menyedot air dari parit,” ujarnya.
Kondisi lebih parah saat kemarau karena air bersih semakin sulit didapat karena sumur kering, sedangkan air sungai menjadi payau akibat intrusi air laut. Krisis air bersih seperti ini terjadi setiap musim kemarau sehingga bergantung pada pasokan air bersih bantuan pemerintah melalui mobil tangki air dari Sampit.
Baca juga: Cuti jelang pilkada, posisi Bupati Kotim akan digantikan pejabat sementara
Kini setelah kurang lebih satu bulan merasakan aliran PDAM, Warno merasakan perbedaan yang nyata. Disamping lebih praktis, menurutnya air PDAM terasa lebih bersih dibandingkan air yang sudah diberikan obat namun terkadang masih menyisakan rasa lengket.
Warno berharap ke depannya distribusi PDAM ke wilayahnya berjalan lancar, sehingga masyarakat tidak perlu repot mencari air bersih, terutama pada musim kemarau.
Sehubungan dengan itu, Bupati Kotim Halikinnor melakukan peresmian dan penyerahan serta penandatanganan berita acara serah terima SR air bersih kepada masyarakat Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
“Alhamdulillah, kita bersama-sama meresmikan penggunaan SR air bersih PDAM di dua kecamatan. Mudah-mudahan dengan program ini masyarakat wilayah selatan yang selama ini menghadapi permasalahan berkepanjangan terkait air bersih bisa terbantu,” ucapnya.
Halikinnor menyebutkan, air bersih merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut diperlukan sistem penyediaan air bersih yang berkualitas, sehat, efisien dan efektif, terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya sehingga masyarakat dapat hidup sehat dan produktif.
Secara geografi wilayah selatan Kotim, yaitu Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut merupakan daerah pesisir pantai sehingga pada musim kemarau sering kali air sungai atau air bawah tanah yang merupakan sumber air masyarakat setempat mengalami intrusi air laut.
Baca juga: Begini upaya DAD Kotim ajak generasi muda lestarikan seni dan budaya
“Kondisi itu menyebabkan air sungai maupun air sumur yang menjadi sumber air masyarakat di wilayah tersebut berubah menjadi asin, yang mengakibatkan masyarakat kekurangan pasokan air bersih,” bebernya.
Untuk itu, pemasangan SR ini merupakan wujud komitmen pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan menjadi solusi bagi masyarakat yang sering mengalami kekurangan air bersih saat musim kemarau.
Selain dua kecamatan tersebut, pihaknya juga tengah mengupayakan masuknya PDAM ke Kecamatan Pulau Hanaut, salah satu kecamatan di wilayah selatan yang juga sering terkendala air bersih.
Namun, karena lokasi kecamatan itu berada di seberang Sungai Mentaya, maka pemerintah harus memutar otak agar PDAM bisa masuk ke wilayah tersebut.
“Untuk Kecamatan Pulau Hanaut sedang kami cari jalan keluarnya, apakah didirikan PDAM sendiri atau pemasangan SR dari Kecamatan Seranau. Mudah-mudahan bisa segera terlaksana,” ujarnya.
Ia juga berharap dengan terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat bisa berdampak pada penurunan angka stunting. Sebab, salah satu penyebab stunting adalah kualitas air yang buruk dan kekurangan gizi. Hal itu pula menyebabkan sejumlah anak di wilayah selatan mengalami stunting.
“Pemenuhan air bersih ini utamanya untuk kebutuhan masyarakat, tapi disamping itu kita berharap juga berdampak pada penurunan angka stunting. Makanya kami berupaya semaksimal mungkin supaya semua bisa teraliri PDAM,” demikian Halikinnor.
Baca juga: Tabligh Akbar di Kotim, UAS ajak masyarakat wujudkan Pilkada damai
Baca juga: Musda BKPRMI Kotim diharap hasilkan pemimpin siap bekerja
Baca juga: Partisipasi Rudini-Paisal di Pilkada Kotim wakili aspirasi kaum muda